bunga jatuh

Minggu, 31 Januari 2016

KESEHATAN KEBIDANAN















 KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas Rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang membahas tentang PENCEGAHAN INFEKSI dan RAWAT GABUNG. Terima kasih kami ucapkan kepada para pengajar atas bimbingan dan pendidikan yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaannya. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi teman-teman dan kami khususnya.




                                                                                    Metro, Agustus 2014




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PEMBAHASAN RAWAT GABUNG
A.    Definisi
B.     Tujuan
C.     Sasaran dan Syarat
D.    Manfaat Rawat Gabung
E.     Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Rawat Gabung
F.      Pelaksanaan rawat gabung
G.    Kesimpulan
BAB II PEMBAHASAN PENCEGAHAN INFEKSI
A.    Definisi
B.     Kewaspadaan Pencegahan Infeksi
C.     Cara Pencegahan Infeksi
D.    Teknik Aseptik untuk Melakukan Tindakan
E.     Perawatan Umum




BAB I
PEMBAHASAN RAWAT GABUNG

A.      Definisi
            Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang menyatukan ibu beserta bayinya dalam satu ruangan, kamar, atau suatu tempat secara bersama-sama dan tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam seharinya.
Sistem rawat bayi yang disatukan dengan ibu sehingga ibu dapat melakukan semua perawatan dasar bagi bayinya. Bayi bisa tinggal bersama ibunya dalam satu kamar sepanjang siang maupun malam hari sampai keduanya keluar dari rumah sakit atau bayi dapat dipindahkan ke bangsal neonatus atau ruang observasi pada saat-saat tertentu. Seperti pada malam hari atau pada jam-jam kunjungan besok. (Farrer, 1999: 180)
Suatu sistem perawatan di mana bayi serta ibu dirawat dalam satu unit. Dalam pelaksanaannya bayi harus selalu berada di samping ibu sejak segera setelah dilahirkan sampai pulang. (Prawirohardjo, 2007:266)

B.       Tujuan
Tujuan dilakukan rawat gabung ini adalah sebagai berikut :
1.      Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat atau kapan saja saat dibutuhkan.
2.      Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar seperti yang dilakukan oleh petugas.
3.      Ibu mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam merawat bayinya.
4.      Suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk mendukung dan membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya secara baik dan benar.
5.      Ibu dan bayi mendapatkan kehangatan emosional.
C.       Sasaran dan Syarat
Sasaran dan syarat dilakukannya rawat gabung adalah sebagai berikut :
1.      Bayi lahir spontan, jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat bagung bisa dilakukan setelah bayi cukup sehat.
2.      Bayi yang lahir secara sectio caesaria (SC) dengan anastesi umum, rawat gabungnya pun dilakukan setelah ibu cukup sehat.
3.      Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai APGAR minimal 7).
4.      Usia kehamilan 37 minggu atau lebih.
5.      Berat lahir 2.000-2.500 g atau lebih.
6.      Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum.
7.      Bayi dan ibu sehat.
Sementara itu, kondisi-kondisi bayi yang tidak memenuhi syarat untuk dilakukannya rawat gabung adalah sebagai berikut :
1.      Bayi yang sangat prematur.
2.      Berat kurang dari 2.000-2.500 g.
3.      Bayi dengan sepsis
4.      Bayi dengan gangguan nafas.
5.      Bayi dengan cacat bawaan berat.
6.      Ibu dengan infeksi berat.

D.      Manfaat Rawat Gabung
Manfaat yang bisa didapatkan jika dilakukan rawat gabung pada ibu dan bayi adalah sebagai berikut :
1.      Fisik
Ibu akan mudah untuk melakukan perawatan sendiri. Dengan perawatan sendiri dan pemberian ASI sedini munkin, maka akan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang dari pasien lain atau petugas kesehatan.


2.      Fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui dan frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang alami, dimana bayi mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Bagi ibu yang menyusui akan timbul refleks oksitosin yang dapat membantu proses fisologis involusi rahim.
3.      Psikologis
Dari segi psikologis akan segera terjalin proses lekat akibat sentuhan badan antara ibu dan bayi. Hal tersebut akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan psikologis bayi. Selain itu, kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.
4.      Edukatif
Ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna sehingga mampu menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari rumah sakit. Selama di RS ibu akan melihat, belajar, dan mendapat bimbingan mengenai cara, menyusui secara benar, cara merawat payudara, tali pusat, memandikan bayi, dan sebagainya. Keterampilan ini diharapkan dapat menjadi modal bagi ibu untuk merawat bayi dan dirinya sendiri setelah pulang dari RS.
5.      Ekonomi         
Pemberian ASI  dapat dilakukan sedini mungkin. bagi rumah sakit terutama RS pemerintah hal tersebut merupakan suatu penghematan terhadap anggaran pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol susu, dot serta peralatan lainnya yang dibutuhkan. Beban perawat menjadi lebih ringan karena ibu berperan lebih besar merawat bayinya sendiri sehingga waktu luang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain.



6.    Medis
Secara medis, pelaksanaaan rawat gabung dapat menurunkan terjadinya infeksi nosokomial pada bayi sertamenurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya.

E.       Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Rawat Gabung

1.      Peranan sosial
kemajuan teknologi, perkembangan industri, urbanisasi dan pengaruh kebudayaan berat menyebabkan pergeseran nilai sosial budaya masyarakat, memberikan susu formula sudah modern karena dapat menyamankan kedudukan seorang ibu golongan bawah dan ibu golongan atas. ketautan akan mengendurkan payudara dan ibunya menjadi enggan untuk menyusui bayinya, baik ibu yang sibuk dengan urusan luar rumah, dan hal hal yang dapat menghambat peningkatan penurunan ASI .
2.      Ekonomi
Beberapa wanita memilih bekerja di luar rumah. hal ini dilakukan bukan karena tuntutan ekonomi, melainkan karena status prestise atau memang dirinya dibutuhkan.
3.      Peranan tata laksana RS /RB
Peran tatalaksana yang menyangkut kebijakan RS / RB  sangat penting mengingat saat ini banyak ibu menginginkan untuk bersalin dipelayanan dengan baik.
4.      Dalam diri ibu sendiri
a.       Keadaan gizi ibu
b.      Pengalaman / sikap ibu terhadap menyusui
c.       Keadaan emosi
d.      Keadaan payudara
e.       Peran masyarakan dan pemerintah .

5.      Kebijakan Pemerintah RI
a.       Setiap bayi berhak mendapat air susu ibu eklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan kecuali atas indikasi medis ( pasal 128 ayat 1 UU no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan ).
b.      Selama pemberian ASI baik pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu dan bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus ( pasal 128 ayat 2 UU No . 36 tahun 2009 tentang kesehatan ).
c.       Pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu sumber daya manusia ( SDM ). modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan air susu ibu ( ASI ) sejak usi dini ( GBHN 1999 -2004 dan program pembangunan nasional –  propanas )
d.      Menganjurkan menyusui secara ekslusif sampai bayi berusia 6 bulan dan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun.
e.       Melaksanakan rawat gabung di tempat persalinan milik pemerintah maupun swasta .
f.       Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal peningkatan pemberian ASI ( PP ASI ) Sehingga petugas tersebut terampil dalam melaksanaan penyuluhan pada masyarakat luas.
g.      Pencanangan peningkatan penggunaan ASI secara nasional pada peringatan hari ibu ke 62 tahun 1990.
h.       Upaya penerapan 10 langkah untuk berhasilnya program menyusui di semua RS/RB dan Puskesmas dengan tempat tidur.

F.        Pelaksanaan rawat gabung
Dalam rawat gabung, bayi ditempatkan bersama ibunya dalam 1 ruangan sedemikian rupa sehingga, ibu dapat melihat dan menjangkaunya kapan saja. bayi dapat diletakan ditempat tidur bersama ibunya atau dalam box disamping tempat tidur ibu, yang terpenting adalah ibu harus melihat dan mengawasi bayinya saat bayinya menangis karena lapar, kencing, atau digigit nyamuk. tangis bayi merupakan, rangsangan sendiri bagi ibu untuk memproduksi ASI.

G.      Kesimpulan
1.      Sistem tubuh yang mengalami adaptasi fisiologi pada saatbayi lahir adalah adaptasi sistem penafasan, suhu tubuh, metabolisme, peredaran darah, keseimbangan air dan fungsi ginjal, imunoglobulin, traktus digestifus, serta hati dan keseimbangan asam basa.
2.      Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap komponen perawatan bayi baru lahir yang sangat rentan terhadap infeksi karena sistem imunitasnya masih kurang sempurna.
3.      Rawat gabung merupakan satu cara perawatan di mana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan di satukan dalam satu ruangan, kamar, atau tempat dan bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya.



BAB II
PEMBAHASAN PENCEGAHAN INFEKSI

A.      Definisi
Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap komponen perawatan bayi baru lahir yang sangat rentan terhadap infeksi karena sistem imunitasnya yang masih belum sempurna.

B.       Kewaspadaan Pencegahan Infeksi
Sebaiknya ibu atau siapa pun yang kontak dengan bayi harus memiliki kewaspadaan akan terjadinya penularan infeksi. Kewaspadaan tersebut dapat dibangun melalui hal-hal berikut:
1.      Anggaplah setiap orang yang kontak dengan bayi berpotensi menularkan infeksi
2.      Cuci tangan atau gunakan cairan cuci tangan dengan basis alkohol sebelum dan sesudah merawat bayi
3.      Gunakan sarung tangan bila melakukan tindakan
4.      Gunakan pakaian pelindung, seperti celemek atau gaun lainnya bila diperkirakan akan terjadi kontak dengan darah dan cairan tubuh lainnya.
5.      Bersihkan dan bila perlu lakukan desinfeksi pera;atan serta barang yang digunakan sebelum daur ulang.
6.      Bersihkan ruang perawatan pasien secara rutin.
7.      Letakkan bayi yang mungkin dapat terkontaminasi lingkungan, misalnya bayi dengan diare yang terinfeksi di dalam ruangan khusus.

C.       Cara Pencegahan Infeksi
Berikut adalah beberapa cara untuk melakukan pencegahan infeksi.
1.      Cuci tangan dengan sabun dan air atau gunakan cairan pembersih tangan berbasis alkohol, pada saat sebelum dan sesudah merawat bayi, sesudah melepas sarung tangan, dan sesudah memegang instrumen atau barang yang kotor
2.      Beri petunjuk pada ibu dan anggota keluarga lainnya untuk cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
3.      Basahi kedua tangan dengan mencuci tangan selama 10-15 detik dengan sabun dan air mengalir, setelah itu biarkan tangan kering di udara atau keringkan dengan kertas bersih/handuk pribadi.
4.      Membersihkan tangan dengan cairan alkohol yang dibuat dari 2 ml gliserin dan 100 ml alkohol 60%. Caranya basahilah seluruh permukaan tangan dan jari dengan cairan pembersih tangan dan basuh atau gosok cairan ke tangan sampai kering.
5.      Gunakan alat-alat perlindungan pribadi
6.      Bila memungkinkan pakailah sepatu tertutup,jangan bertelanjang kaki.
7.      Gunakan sarung tangan untuk melakukan tindakan berikut
a.       Memegang atau kontak dengan kulit yang lecet, jaringan di bawah kulit, atau darah (gunakan sarung tangan steril atau sarung tangan DTT)
b.      Memegang atau kontak dengan membran mukosa atau cairan tubuh (gunakan sarung tangan bersih)
c.       Memegang atau kontak dengan barang yang terkontaminasi serta akan membersihkan atau membuang kotoran (gunakan sarung tangan tebal dari bahan karet atau lateks).
8.      Sarung tangan sekali pakai sangat dianjurkan, tetapi dapat juga dipakai ulang. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a.       Dekontaminasi dengan merendam di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
b.      Cuci dan bilas
c.       Sterilkan dengan autoclaf atau DTT lalu direbus atau dikukus.
d.      Sarung tangan tidak boleh dipakai ulang lebih dari 3 kali
e.       Jangan menggunakan sarung tangan yang robek, terkelupas, atau berlubang.

D.      Teknik Aseptik untuk Melakukan Tindakan
Cuci tangan selama 3-5 menit dengan menggunakan sikat yang lembut dan sabun antiseptik. Kenakan sarung tangan steril atau sarung tangan yang di-DTT. Siapkan bayi untuk dilakukan tindakan dengan mencuci menggunakan cairan antiseptik dengan gerakan melingkar dari sentral keluar seperti membentuk spiral. Bila ragu-ragu apakah peralatannya terkontaminasi atau tidak, anggaplah sudah terkontaminasi.

E.       Perawatan Umum
1.      Gunakan sarung tangan dan celemek sewaktu memegang BBL sampai dengan memandikan bayi minimal 6 jam, tidak perlu memakai masker atau gaun penutup dalam perawatan BBL.
2.      Bersihkan darah dan cairan bayi dengan menggunakan kapas yang direndam dalam air hangat kemudian keringkan.
3.      bersihkan bokong dan sekitar anus bayi setiap selesai mengganti popok atau seyiap diperlukan dengan menggunakan kapas yang doirendam air hangat atau air sabun lalu keringkan dengan hati-hati.
4.      gunakan sarung tangan sewaktu merawat tali pusat.
       Pencegahan  infeksi tali pusat
Untuk pencegahan awal tetanus dapat diberikan pada calon pengantin dengan harapan bila setelah menikah dan hamil tubuhnya sudah punya antitoksin tetanus yang akan ditransfer ke janin melalui plasenta. Seorang wanita yang sudah diimunisasi tetanus 2 kali dengan interval 4-6 minggu diharapkan mempunyai kekebalan terhadap tetanus selama tiga tahun imunisasi TT diberikan juga pada ibu hamil, diberikan 2 kali pada trimester kedua dengan interval waktu 4-6 minggu diharapkan dapat memberikan kekebalan selama tiga tahun sehingga jika si ibu hamil kurun waktu tiga tahun itu tidak diberikan imunisasi TT atau satu kali saja imunisasi sudah cukup (Erikania, 2007).
Agar tali pusat tidak terinfeksi, perlu dilakukan inspeksi tali pusat, klem dilepas, dan tali pusat diikat dan dipotong dekat ocalti kurang dari 24 jam setelah bayi lahir. Ujung dari potongan diberikan krim klorheksidin untuk mencegah infeksi pada tali pusat, dan tidak perlu dibalut dengan kasa dan dapat hanya diberi pengikat tali pusat atau penjepit tali pusat yang terbuat dari ocal (Penny, 2008).
Dalam keadaan normal, tali pusat akan lepas dengan sendirinya dalam waktu lima sampai tujuh hari. Tapi dalam beberapa kasus oca sampai dua minggu bahkan lebih lama. Selama belum pupus, tali pusat harus dirawat dengan baik. Agar tali pusat tidak infeksi, basah, bernanah, dan berbau. Bersihkan tali pusat bayi dengan sabun saat memandikan bayi. Keringkan dengan handuk lembut. Olesi dengan ocal 70%. Jangan pakai betadine, karena yodium yang dikandung betadine dapat masuk ke peredaran darah bayi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan kelenjar gondok. Biarkan terbuka hingga kering, dapat dibungkus dengan kasa steril. Jangan mengolesi tali pusat dengan ramuan atau menaburi bedak, karena dapat menjadi media yang baik bagi tumbuhnya kuman, termasuk kuman tetanus (Wartamedika, 2006).
Untuk penggantian popok, sebaiknya popok yang telah basah segera diganti untuk menghindari iritasi tali pusat, area tali pusat jangan ditutup dengan popok atau celana ocal dan bila bayi menggunakan popok langsung pakai saja (Sean, 2009).
Pencegahan pada infeksi tali pusat dapat dilakukan dengan perawatan tali pusat yang baik. Jika di tempat perawatan bayi banyak penyebab infeksi dengan staphylococcus aereus maka perawatan tali pusat dapat dilakukan sebagai berikut :
1)      Setelah tali pusat dipotong, ujung tali pusat diolesi dengan tincture jodii.
2)      Tangkai tali pusat / pangkal tali pusat dan kulit di sekeliling tali pusat dapat diolesi dengan triple-dye (triple dye ini adalah campuran brilliant green 2,29 g, prylapine bemisulfate 1,14 g, dan crystal violet 2,29 g yang dilarutkan dalam satu liter air), jika obat-obat ini tidak ada dapat pula digantikan dengan merkurokrom.
3)      Atau tali pusat cukup ditutupi dengan kasa steril dan diganti setiap hari (Prawirohardjo, 2007).





1. Pencegahan Infeksi Mata Pada BBL
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah merawat mata bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlebih dahulu, membersikan kedua mata bayi segerah setela lahir dengan kapas atau sapu tangan yang halus dan bersih yang telah dibersikan dengan air hangat. Dalam waktu satu jam setelah bayi lahir berikan salep atau obat tetes mata untuk mencegah optalmia neonatorium (tertrasiklin 1%, eritrozin 0,5% atau nitras argensi) biarkan obat tetap pada mata bayi dan obat yang ada disekitar mata jangan dibersikan setelah selesai merawat mata bayi cuci tangan kembali. Bayi yang baru lahir ketika tidak mendapatkan salep mata dalam waktu kurang dari 1 jam menyebabkan infeksi mata bayi baru lahir. Bila keadaan ini tidak diobati atau terlambat diobati bisa timbul kerusakan kornea, mulai dari bentuk ulkus hingga perforasi (Depkes, 2000).
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Pada bayi baru lahir, saluran air mata belum terbuka sempurna, selain mata tampak merah, bayi akan terlihat seperti mengeluarkan air mata terus (di bagian mata dekat hidung) walaupun sedang tidak menangis. Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 % atau cloramfenikol Obat mata yang biasa digunakan untuk bayi baru lahir biasanya gentamicyn 0,3 %.
.  






 Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang di lakukan dapat mencegah infeksi pada kulit bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah meletakkan bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi, sehingga menyababkan terjadinya kolonisasi mikrooragnisme ibu yang cenderung bersifat nonpatogen, serta adanya zat antibody bayi yang sudah terbentuk dalam air susu ibu.
BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Pencegahan infeksi pada asuhan neonatal, bayi, balita, dan anak prasekolah untuk meminimalkan risiko penyebaran penyakit yang berbahaya seperti hepatitis B dll. Rawat gabung ialah suatu sistem perawatan di mana bayi serta ibu dirawat dalam satu unit. Bayi harus selalu berada di samping ibu sejak segera setelah dilahirkan sampai pulang. Di lingkungan rumah sakit dan rumah bersalin, sistem perawatan dalam satu ruangan ( rawat gabung ) difungsikan kembali.

 Kesimpulan Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan anak bersama-sama atau pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat ibu tersebut dapat menyusui anaknya.

3.2 Saran
Mungkin hanya ini yang bisa penulis sampaikan dalam makalah yang singkat ini, pasti dalam penyampaian dan penulisan makalah ini banyak sekali kesalahan-kesalahan, semua itu tidak lain karena keterbatasan penulis, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran serta mohon ralat yang bersifat membangun demi bertambahnya pengetahuan bagi penulis sendiri dan umumnya kepada kita semua.