KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada
Tuhan YME atas Rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
yang membahas tentang PENCEGAHAN INFEKSI dan RAWAT GABUNG. Terima kasih kami
ucapkan kepada para pengajar atas bimbingan dan pendidikan yang diberikan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Kami sadari makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami
harapkan demi kesempurnaannya. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang menempuh
pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi teman-teman dan kami khususnya.
Metro,
Agustus 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PEMBAHASAN RAWAT GABUNG
A. Definisi
B. Tujuan
C. Sasaran dan
Syarat
D. Manfaat
Rawat Gabung
E. Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Rawat Gabung
F. Pelaksanaan
rawat gabung
G. Kesimpulan
BAB II PEMBAHASAN PENCEGAHAN INFEKSI
A. Definisi
B. Kewaspadaan
Pencegahan Infeksi
C. Cara
Pencegahan Infeksi
D. Teknik
Aseptik untuk Melakukan Tindakan
E. Perawatan
Umum
BAB I
PEMBAHASAN RAWAT GABUNG
A.
Definisi
Rawat
gabung adalah suatu cara perawatan yang menyatukan ibu beserta bayinya dalam
satu ruangan, kamar, atau suatu tempat secara bersama-sama dan tidak dipisahkan
selama 24 jam penuh dalam seharinya.
Sistem rawat bayi yang disatukan
dengan ibu sehingga ibu dapat melakukan semua perawatan dasar bagi bayinya.
Bayi bisa tinggal bersama ibunya dalam satu kamar sepanjang siang maupun malam
hari sampai keduanya keluar dari rumah sakit atau bayi dapat dipindahkan ke
bangsal neonatus atau ruang observasi pada saat-saat tertentu. Seperti pada
malam hari atau pada jam-jam kunjungan besok. (Farrer, 1999: 180)
Suatu sistem perawatan di mana bayi
serta ibu dirawat dalam satu unit. Dalam pelaksanaannya bayi harus selalu
berada di samping ibu sejak segera setelah dilahirkan sampai pulang.
(Prawirohardjo, 2007:266)
B.
Tujuan
Tujuan dilakukan rawat gabung ini
adalah sebagai berikut :
1.
Ibu dapat
menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat atau kapan saja saat
dibutuhkan.
2.
Ibu dapat
melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar seperti yang dilakukan oleh
petugas.
3.
Ibu
mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam merawat bayinya.
4.
Suami dan
keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk mendukung dan membantu ibu dalam
menyusui dan merawat bayinya secara baik dan benar.
5.
Ibu dan bayi
mendapatkan kehangatan emosional.
C.
Sasaran dan
Syarat
Sasaran dan syarat dilakukannya
rawat gabung adalah sebagai berikut :
1.
Bayi lahir
spontan, jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat bagung bisa dilakukan
setelah bayi cukup sehat.
2.
Bayi yang
lahir secara sectio caesaria (SC) dengan anastesi umum, rawat gabungnya pun
dilakukan setelah ibu cukup sehat.
3.
Bayi tidak
asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai APGAR minimal 7).
4.
Usia
kehamilan 37 minggu atau lebih.
5.
Berat lahir
2.000-2.500 g atau lebih.
6.
Tidak
terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum.
7.
Bayi dan ibu
sehat.
Sementara itu, kondisi-kondisi bayi
yang tidak memenuhi syarat untuk dilakukannya rawat gabung adalah sebagai
berikut :
1.
Bayi yang
sangat prematur.
2.
Berat kurang
dari 2.000-2.500 g.
3.
Bayi dengan
sepsis
4.
Bayi dengan
gangguan nafas.
5.
Bayi dengan
cacat bawaan berat.
6.
Ibu dengan
infeksi berat.
D.
Manfaat
Rawat Gabung
Manfaat yang
bisa didapatkan jika dilakukan rawat gabung pada ibu dan bayi adalah sebagai
berikut :
1. Fisik
Ibu akan mudah untuk melakukan
perawatan sendiri. Dengan perawatan sendiri dan pemberian ASI sedini munkin,
maka akan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang dari pasien lain
atau petugas kesehatan.
2. Fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka
bayi akan segera disusui dan frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan
proses fisiologis yang alami, dimana bayi mendapat nutrisi alami yang paling
sesuai dan baik. Bagi ibu yang menyusui akan timbul refleks oksitosin yang
dapat membantu proses fisologis involusi rahim.
3. Psikologis
Dari segi psikologis akan segera
terjalin proses lekat akibat sentuhan badan antara ibu dan bayi. Hal tersebut
akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan psikologis bayi. Selain itu,
kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh
bayi.
4. Edukatif
Ibu akan mempunyai pengalaman yang
berguna sehingga mampu menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari rumah
sakit. Selama di RS ibu akan melihat, belajar, dan mendapat bimbingan mengenai
cara, menyusui secara benar, cara merawat payudara, tali pusat, memandikan
bayi, dan sebagainya. Keterampilan ini diharapkan dapat menjadi modal bagi ibu
untuk merawat bayi dan dirinya sendiri setelah pulang dari RS.
5. Ekonomi
Pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. bagi rumah
sakit terutama RS pemerintah hal tersebut merupakan suatu penghematan terhadap
anggaran pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol susu, dot serta
peralatan lainnya yang dibutuhkan. Beban perawat menjadi lebih ringan karena
ibu berperan lebih besar merawat bayinya sendiri sehingga waktu luang dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan lain.
6.
Medis
Secara medis, pelaksanaaan rawat
gabung dapat menurunkan terjadinya infeksi nosokomial pada bayi sertamenurunkan
angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya.
E.
Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Rawat Gabung
1. Peranan
sosial
kemajuan teknologi, perkembangan
industri, urbanisasi dan pengaruh kebudayaan berat menyebabkan pergeseran nilai
sosial budaya masyarakat, memberikan susu formula sudah modern karena dapat
menyamankan kedudukan seorang ibu golongan bawah dan ibu golongan atas.
ketautan akan mengendurkan payudara dan ibunya menjadi enggan untuk menyusui
bayinya, baik ibu yang sibuk dengan urusan luar rumah, dan hal hal yang dapat
menghambat peningkatan penurunan ASI .
2. Ekonomi
Beberapa wanita memilih bekerja di
luar rumah. hal ini dilakukan bukan karena tuntutan ekonomi, melainkan karena
status prestise atau memang dirinya dibutuhkan.
3. Peranan tata
laksana RS /RB
Peran tatalaksana yang menyangkut
kebijakan RS / RB sangat penting
mengingat saat ini banyak ibu menginginkan untuk bersalin dipelayanan dengan
baik.
4. Dalam diri
ibu sendiri
a.
Keadaan gizi
ibu
b.
Pengalaman /
sikap ibu terhadap menyusui
c.
Keadaan
emosi
d.
Keadaan
payudara
e.
Peran
masyarakan dan pemerintah .
5. Kebijakan
Pemerintah RI
a.
Setiap bayi
berhak mendapat air susu ibu eklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan kecuali
atas indikasi medis ( pasal 128 ayat 1 UU no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
).
b.
Selama
pemberian ASI baik pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat
harus mendukung ibu dan bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas
khusus ( pasal 128 ayat 2 UU No . 36 tahun 2009 tentang kesehatan ).
c.
Pembangunan
diarahkan pada meningkatnya mutu sumber daya manusia ( SDM ). modal dasar
pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai
dengan air susu ibu ( ASI ) sejak usi dini ( GBHN 1999 -2004 dan program
pembangunan nasional – propanas )
d.
Menganjurkan
menyusui secara ekslusif sampai bayi berusia 6 bulan dan pemberian ASI sampai
anak berusia 2 tahun.
e.
Melaksanakan
rawat gabung di tempat persalinan milik pemerintah maupun swasta .
f.
Meningkatkan
kemampuan petugas kesehatan dalam hal peningkatan pemberian ASI ( PP ASI )
Sehingga petugas tersebut terampil dalam melaksanaan penyuluhan pada masyarakat
luas.
g.
Pencanangan
peningkatan penggunaan ASI secara nasional pada peringatan hari ibu ke 62 tahun
1990.
h.
Upaya penerapan 10 langkah untuk berhasilnya
program menyusui di semua RS/RB dan Puskesmas dengan tempat tidur.
F.
Pelaksanaan
rawat gabung
Dalam rawat gabung, bayi ditempatkan
bersama ibunya dalam 1 ruangan sedemikian rupa sehingga, ibu dapat melihat dan
menjangkaunya kapan saja. bayi dapat diletakan ditempat tidur bersama ibunya
atau dalam box disamping tempat tidur ibu, yang terpenting adalah ibu harus
melihat dan mengawasi bayinya saat bayinya menangis karena lapar, kencing, atau
digigit nyamuk. tangis bayi merupakan, rangsangan sendiri bagi ibu untuk
memproduksi ASI.
G.
Kesimpulan
1. Sistem tubuh
yang mengalami adaptasi fisiologi pada saatbayi lahir adalah adaptasi sistem
penafasan, suhu tubuh, metabolisme, peredaran darah, keseimbangan air dan
fungsi ginjal, imunoglobulin, traktus digestifus, serta hati dan keseimbangan
asam basa.
2. Pencegahan
infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap komponen perawatan bayi baru
lahir yang sangat rentan terhadap infeksi karena sistem imunitasnya masih
kurang sempurna.
3. Rawat gabung
merupakan satu cara perawatan di mana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak
dipisahkan, melainkan di satukan dalam satu ruangan, kamar, atau tempat dan
bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya.
BAB II
PEMBAHASAN
PENCEGAHAN INFEKSI
A.
Definisi
Pencegahan infeksi merupakan bagian
terpenting dari setiap komponen perawatan bayi baru lahir yang sangat rentan
terhadap infeksi karena sistem imunitasnya yang masih belum sempurna.
B.
Kewaspadaan
Pencegahan Infeksi
Sebaiknya ibu atau siapa pun yang
kontak dengan bayi harus memiliki kewaspadaan akan terjadinya penularan
infeksi. Kewaspadaan tersebut dapat dibangun melalui hal-hal berikut:
1. Anggaplah
setiap orang yang kontak dengan bayi berpotensi menularkan infeksi
2. Cuci tangan
atau gunakan cairan cuci tangan dengan basis alkohol sebelum dan sesudah
merawat bayi
3. Gunakan
sarung tangan bila melakukan tindakan
4. Gunakan
pakaian pelindung, seperti celemek atau gaun lainnya bila diperkirakan akan
terjadi kontak dengan darah dan cairan tubuh lainnya.
5. Bersihkan
dan bila perlu lakukan desinfeksi pera;atan serta barang yang digunakan sebelum
daur ulang.
6. Bersihkan
ruang perawatan pasien secara rutin.
7. Letakkan
bayi yang mungkin dapat terkontaminasi lingkungan, misalnya bayi dengan diare
yang terinfeksi di dalam ruangan khusus.
C.
Cara
Pencegahan Infeksi
Berikut adalah beberapa cara untuk
melakukan pencegahan infeksi.
1. Cuci tangan
dengan sabun dan air atau gunakan cairan pembersih tangan berbasis alkohol,
pada saat sebelum dan sesudah merawat bayi, sesudah melepas sarung tangan, dan
sesudah memegang instrumen atau barang yang kotor
2. Beri
petunjuk pada ibu dan anggota keluarga lainnya untuk cuci tangan sebelum dan
sesudah memegang bayi.
3. Basahi kedua
tangan dengan mencuci tangan selama 10-15 detik dengan sabun dan air mengalir,
setelah itu biarkan tangan kering di udara atau keringkan dengan kertas
bersih/handuk pribadi.
4. Membersihkan
tangan dengan cairan alkohol yang dibuat dari 2 ml gliserin dan 100 ml alkohol
60%. Caranya basahilah seluruh permukaan tangan dan jari dengan cairan
pembersih tangan dan basuh atau gosok cairan ke tangan sampai kering.
5. Gunakan
alat-alat perlindungan pribadi
6. Bila
memungkinkan pakailah sepatu tertutup,jangan bertelanjang kaki.
7. Gunakan
sarung tangan untuk melakukan tindakan berikut
a.
Memegang
atau kontak dengan kulit yang lecet, jaringan di bawah kulit, atau darah
(gunakan sarung tangan steril atau sarung tangan DTT)
b.
Memegang
atau kontak dengan membran mukosa atau cairan tubuh (gunakan sarung tangan
bersih)
c.
Memegang
atau kontak dengan barang yang terkontaminasi serta akan membersihkan atau
membuang kotoran (gunakan sarung tangan tebal dari bahan karet atau lateks).
8. Sarung
tangan sekali pakai sangat dianjurkan, tetapi dapat juga dipakai ulang.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a.
Dekontaminasi
dengan merendam di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
b.
Cuci dan
bilas
c.
Sterilkan
dengan autoclaf atau DTT lalu direbus atau dikukus.
d.
Sarung
tangan tidak boleh dipakai ulang lebih dari 3 kali
e.
Jangan
menggunakan sarung tangan yang robek, terkelupas, atau berlubang.
D.
Teknik
Aseptik untuk Melakukan Tindakan
Cuci tangan selama 3-5 menit dengan
menggunakan sikat yang lembut dan sabun antiseptik. Kenakan sarung tangan
steril atau sarung tangan yang di-DTT. Siapkan bayi untuk dilakukan tindakan
dengan mencuci menggunakan cairan antiseptik dengan gerakan melingkar dari
sentral keluar seperti membentuk spiral. Bila ragu-ragu apakah peralatannya
terkontaminasi atau tidak, anggaplah sudah terkontaminasi.
E.
Perawatan
Umum
1. Gunakan
sarung tangan dan celemek sewaktu memegang BBL sampai dengan memandikan bayi
minimal 6 jam, tidak perlu memakai masker atau gaun penutup dalam perawatan
BBL.
2. Bersihkan
darah dan cairan bayi dengan menggunakan kapas yang direndam dalam air hangat
kemudian keringkan.
3. bersihkan
bokong dan sekitar anus bayi setiap selesai mengganti popok atau seyiap
diperlukan dengan menggunakan kapas yang doirendam air hangat atau air sabun
lalu keringkan dengan hati-hati.
4. gunakan
sarung tangan sewaktu merawat tali pusat.
Pencegahan
infeksi tali pusat
Untuk pencegahan awal tetanus dapat
diberikan pada calon pengantin dengan harapan bila setelah menikah dan hamil
tubuhnya sudah punya antitoksin tetanus yang akan ditransfer ke janin melalui
plasenta. Seorang wanita yang sudah diimunisasi tetanus 2 kali dengan interval
4-6 minggu diharapkan mempunyai kekebalan terhadap tetanus selama tiga tahun
imunisasi TT diberikan juga pada ibu hamil, diberikan 2 kali pada trimester
kedua dengan interval waktu 4-6 minggu diharapkan dapat memberikan kekebalan
selama tiga tahun sehingga jika si ibu hamil kurun waktu tiga tahun itu tidak
diberikan imunisasi TT atau satu kali saja imunisasi sudah cukup (Erikania,
2007).
Agar tali pusat tidak terinfeksi,
perlu dilakukan inspeksi tali pusat, klem dilepas, dan tali pusat diikat dan
dipotong dekat ocalti kurang dari 24 jam setelah bayi lahir. Ujung dari
potongan diberikan krim klorheksidin untuk mencegah infeksi pada tali
pusat, dan tidak perlu dibalut dengan kasa dan dapat hanya diberi pengikat tali
pusat atau penjepit tali pusat yang terbuat dari ocal (Penny, 2008).
Dalam keadaan normal, tali pusat
akan lepas dengan sendirinya dalam waktu lima sampai tujuh hari. Tapi dalam
beberapa kasus oca sampai dua minggu bahkan lebih lama. Selama belum pupus,
tali pusat harus dirawat dengan baik. Agar tali pusat tidak infeksi, basah,
bernanah, dan berbau. Bersihkan tali pusat bayi dengan sabun saat memandikan
bayi. Keringkan dengan handuk lembut. Olesi dengan ocal 70%. Jangan pakai
betadine, karena yodium yang dikandung betadine dapat masuk ke peredaran darah
bayi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan kelenjar gondok. Biarkan terbuka
hingga kering, dapat dibungkus dengan kasa steril. Jangan mengolesi tali pusat
dengan ramuan atau menaburi bedak, karena dapat menjadi media yang baik bagi
tumbuhnya kuman, termasuk kuman tetanus (Wartamedika, 2006).
Untuk penggantian popok, sebaiknya
popok yang telah basah segera diganti untuk menghindari iritasi tali pusat,
area tali pusat jangan ditutup dengan popok atau celana ocal dan bila bayi
menggunakan popok langsung pakai saja (Sean, 2009).
Pencegahan pada infeksi tali pusat
dapat dilakukan dengan perawatan tali pusat yang baik. Jika di tempat perawatan
bayi banyak penyebab infeksi dengan staphylococcus aereus maka perawatan
tali pusat dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Setelah tali
pusat dipotong, ujung tali pusat diolesi dengan tincture jodii.
2) Tangkai tali
pusat / pangkal tali pusat dan kulit di sekeliling tali pusat dapat diolesi
dengan triple-dye (triple dye ini adalah campuran brilliant
green 2,29 g, prylapine bemisulfate 1,14 g, dan crystal violet 2,29
g yang dilarutkan dalam satu liter air), jika obat-obat ini tidak ada dapat
pula digantikan dengan merkurokrom.
3)
Atau tali
pusat cukup ditutupi dengan kasa steril dan diganti setiap hari (Prawirohardjo,
2007).
1.
Pencegahan Infeksi Mata Pada BBL
Cara
mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah merawat mata bayi baru lahir
dengan mencuci tangan terlebih dahulu, membersikan kedua mata bayi segerah
setela lahir dengan kapas atau sapu tangan yang halus dan bersih yang telah
dibersikan dengan air hangat. Dalam waktu satu jam setelah bayi lahir berikan
salep atau obat tetes mata untuk mencegah optalmia neonatorium (tertrasiklin
1%, eritrozin 0,5% atau nitras argensi) biarkan obat tetap pada mata bayi dan
obat yang ada disekitar mata jangan dibersikan setelah selesai merawat mata
bayi cuci tangan kembali. Bayi yang baru lahir ketika tidak mendapatkan salep
mata dalam waktu kurang dari 1 jam menyebabkan infeksi mata bayi baru lahir.
Bila keadaan ini tidak diobati atau terlambat diobati bisa timbul kerusakan
kornea, mulai dari bentuk ulkus hingga perforasi (Depkes, 2000).
Bayi baru
lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau
kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa
saat setelah lahir. Pada bayi baru lahir, saluran air mata belum terbuka
sempurna, selain mata tampak merah, bayi akan terlihat seperti mengeluarkan air
mata terus (di bagian mata dekat hidung) walaupun sedang tidak menangis. Untuk
pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) perlu
diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat mata
eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 % atau cloramfenikol Obat mata yang biasa
digunakan untuk bayi baru lahir biasanya gentamicyn 0,3 %.
.
Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang di lakukan dapat
mencegah infeksi pada kulit bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah
meletakkan bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi,
sehingga menyababkan terjadinya kolonisasi mikrooragnisme ibu yang cenderung
bersifat nonpatogen, serta adanya zat antibody bayi yang sudah terbentuk dalam
air susu ibu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pencegahan
infeksi pada asuhan neonatal, bayi, balita, dan anak prasekolah untuk
meminimalkan risiko penyebaran penyakit yang berbahaya seperti hepatitis B dll.
Rawat gabung ialah suatu sistem perawatan di mana bayi serta ibu dirawat dalam
satu unit. Bayi harus selalu berada di samping ibu sejak segera setelah
dilahirkan sampai pulang. Di lingkungan rumah sakit dan rumah bersalin, sistem
perawatan dalam satu ruangan ( rawat gabung ) difungsikan kembali.
Kesimpulan Rawat gabung adalah suatu
sistem perawatan ibu dan anak bersama-sama atau pada tempat yang berdekatan
sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat ibu tersebut dapat menyusui
anaknya.
3.2 Saran
Mungkin hanya
ini yang bisa penulis sampaikan dalam makalah yang singkat ini, pasti dalam
penyampaian dan penulisan makalah ini banyak sekali kesalahan-kesalahan, semua
itu tidak lain karena keterbatasan penulis, untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran serta mohon ralat yang bersifat membangun demi
bertambahnya pengetahuan bagi penulis sendiri dan umumnya kepada kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar