KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas berkah
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah asuhan kebidanan
persalinan dengan judul “Pemeliharaan dan upaya pencegahan imunisasi” Makalah
ini disusun sebagai upaya memenuhi kebutuhan materi belajar-mengajar untuk mata
kuliah asuhan kebidanan persalinan.
Dalam penulisan makalah ini juga tidak lepas dari
dukungan berbagai pihak sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari walaupun sudah berusaha sekuat
kemampuan yang maksimal, mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang
dimiliki, makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dari segi
bahasa, pengolahan, maupun dalam penyusunan.Untuk itu, penulis sangat
mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi tercapai suatu kesempurnaan
dalam memenuhi kebutuhan dalam bidang mata ajar komunikasi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.
Penulis
( kelompok 11)
Tebing
Tinggi, November 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR
BELAKANG
Imunisasi merupakan upaya pencegan yang
telah berhasil menurunkan morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka
kematian) penyakit infeksi pada bayi dan anak. Agar bidan dapat memberikan
asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi dan balita, salah satunya
adalah memahami hal-hal yang berkaitan dengan imunisasi
2.
RUMUSAN
MASALAH
1. Mengetahui
tentang apa itu imunisasi
2. Mengetahui apa-apa saja jenis imunisasi
3. Mengetahui apa itu vaksin
KONSEP
IMUNOLOGI
1. Pengertian imunisasi
Imunisasi merupakan upaya
pencegan yang telah berhasil menurunkan morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas
(angka kematian) penyakit infeksi pada bayi dan anak. Agar bidan dapat
memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi dan balita,
salah satunya adalah memahami hal-hal yang berkaitan dengan imunisasi, termasuk
pengertian-pengertian imunisasi berikut ini :
a. Imunisasi berasal dari kata “imun” yang
berarti kebal atau rensisten. Imunisasi
terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada
penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain, diperlukan
imunisasi lainnya (Anonim, 2008).
b. Imunisasi adalah suatu tindakan untuk
memberikan perlindungan (kekebalan) di dalam tubuh bayi dan anak.
c. Imunisasi adalah suatu cara untuk
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga
bila kelak ia terpajang pada antigen yang serupa,tidak terjadi penyakit
(matondang, CS dkk, 2005)
d. Imunisasi adalah pemberian imunitas
(kekebalan) tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam
tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewadah atau berbahaya
bagi manusia.
e. Imunisasi adalah suatu proses untuk
membuat system pertahanan tubuh kebal terhadap invasi mikroorganisme (bakteri
dan virus) yang dapat menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut
memiliki kecepatan untuk menyerang tubuh. Dengan imunisasi, tubuh akan
terlindung dari infeksi, begitu pula orang lain karena tidak tertular dari
seseorang. Oleh karena itu, imunisasi harus dilakukan untuk semua orang,
terutama bayi dan anak sejak lahir, agar pada akhirnya nanti infeksi dapat
musnah dari muka bumi.
f.
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi
dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk merangsang pembentukkan zat anti di masukkan ke dalam tubuh melalui
suntikan seperti vaksin BCG,DPT,campak, dan melalui mulut seperti vaksin polio.
g. Imunisasi adalah upaya untuk merangsang
kekebalan tubuh dari serangan penyakit menular tertentu melalui pemberian
vaksin.
h. Istilah imunisasi dan vaksinasi sering kali di katakana sama. Ilmu nisasi adalah suatu
pemindahan atau transfer antibody secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi
dimaksudkan sebagai pemberian vaksin(antigen)yang dapat merangsang pembentukan
imunitas (antibody) dari system imun di dalam tubuh. (IGN ranuh, 2005).
i.
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen, sehingga kelak bila ia terpajan pada antigen
serupa tidak terjadi penyakit(imunisasi di Indonesia 2001).
2. Tujuan imunisai
Tujuan dalam pemberian imunisasi, antara lain:
1.
Tujuan/manfaat imunisasi adalah
untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu di dunia.
2.
Tujuan dan keguanaan imunisasi
adalah untuk melindungi dan mencegah penyakit- penyakit menular yang sangat
berbahaya bagi bayi dan anak.
3.
Tujuan di berikan imunisai
adalah di harapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan
akibat penyakit tertentu.
4.
Tujuan atau manfaat imunisasi
adalah untuk menurunkan morbiditas, mortalitas dan cacat serta bila mungkin di
dapat eradikasi sesuatu penyakit dari suatu daerah atau negri.
5.
Tujuan dari di berikanya suatu
imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu pnyakit
yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada
penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat di hindari dengan imunisasi yaitu
seperti campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, hepatitis B, cacar
air,TBC, dan lain sebagainya.
6.
Tujuan imunisai adalah untuk
mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan
penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan
menghilangkan peyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar.
3.
Macam- macam imunisasi
Imunitas atau kekebalan, berdasarkan
asal-muasalnya dibagi dalam 2 hal, yaitu aktif dan pasif. Aktif adalah bila tubuh anak ikut menyelenggarakan terbentuknya
imunitas, sedangkan pasif adalah bila tubuh anak tidak bekerja membentuk
kekebalan,tetapi hanya menerimanya saja.
1. Maka berdasarkan hal tersebut di atas, maka imunisasi di bagi
menjadi 2 macam, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
a.
Imunfisasi akti
1.)pengertian imunisai aktif
a. imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah
di lemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi
antibody sendiri. Contoh: selama bertahun-tahun.imunisasi polio atau campak.
b.
Imunisasi aktif adalah zat
yang di bentuk tubuh itu sendiri dan akan bertahan
c.
Imunisasi aktif adalah
pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu peruses
infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan
menghasilkan repon seluler dan humoral serta dihasilkanya sel memori, sehingga
apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespon.
d.
Imunisasi aktif diberikan
untuk pencegahan penyakit yang dilakukan dengan pemberian vaksin terhadap
beberapa penyakit infeksi.
2.)
imunisasi aktif ini dilakukan
dengan vaksin yang mengandung:
a.
kuman –kuman mati (misalnya :
vaksin cholera-thypoid/typhus abdominalis-paratyphus ABC, vaksin fertusis batuk
rejan).
b.
Kuman-kuman hidup diperlemah
(misalnya: vaksin BCG terhadap tuberculosis).
c.
Virus-virus hidup di perlemah (misalnya: bibit
cacar, vaksin poliomyeslitis).
d.
Toxoid (=toksin=racun dari pada
kuman yang dinetralisasi: toxoid difteri, toxoid tetanus).
Vaksin diberikan dengan cara di suntikkan
atau per oral/melalui mulut. Terhadap pemberian vaksin tersebut, maka tubuh
membuat zat-zat anti terhadap penyakit bersangkutan(oleh karena itu dinamakan imunisasi aktif, kadar zat-zat dapat
diukur dengan pemeriksaan darah) dan oleh sebab itu menjadi imun (kebal)
terhadap penyakit tersebut.
3.)
Pemberian vaksin dengan cara
menyuntikan kuman atau antigen murni akan menyebabkan benar-benar menjadi
sakit. Oleh karena itu, dibutukan dalam bentuk vaksin, yaitu kuman yang telah
di lemahkan. Pemberian vaksin akan merangsang tubuh untuk membentuk antibody.
4.)
Untuk itu, dalam imunisasi
aktif terdapat empat macam kandungan yang terdapat dalam setiap vaksinnya,
antara lain:
a.
Antigen merupakan bagian dari vaksin
yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan,
yang dapat berupa poli sekarida, toxoid, atau virus yang dilemahkan atau
bakteri yang di matikan.
b. Pelarut dapat berupa air steril atau dapat berupa cairan kultur jaringan.
c. Preservative, stabilizer,dan ntibiotika yang berguna untuk menghindari tubuhnya mikroba dan
sekaligus untuk stabilisasi antigen.
d. Adjuvant yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan
imunogenitas antigen.
5.) Untuk keperluan imunisasi
aktif tersedia antara lain:
a. Vaksin BCG (bacillus calmette-guerin untuk tuberculosis)
b. Vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus)
c. Vakain poliomyelitis
d. Vaksin campak
e. Vaksin typa (typus abdominalis)
f.
Toxoid tetanus
g. dan lain-lain
6.) namun, pemerintah tidak mewajibkan berbagai jenis imunisasi tersebut
harus dilakukan semua. Hanya 5 jenis imunisasi pada anak di bawah 5 tahun yang
harus dilakukan, yaitu:
a. BCG (bacillus calmette-guerin)
b. DPT ( difteri, pertusis, tetanus)
c. Polio
d. Campak
e. Hepatitis B
B. imunisasi pasif
1) beberapa pengertian dari imunisasi pasif, adalah sebagai berikut:
a.
Imunisasi pasif adalah, zat
anti yang di dapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntikan bahan atau serum
yang mengandug zat anti atau zat anti dari ibunya selama dalam kandungan.
Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak bertahan lama.
b.
Imunisasi pasif adalah
pemberian zat( immunoglobulin)yaitu zat yang di hasilkan melalui suatu proses
infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang
c.
Imunisasi pasif adalah
penyuntikan sejumlah antibody, sehingga kadar antibody dalam tubuh meningkat.
d.
Imunisasi pasip adalah
pemberian antibody dengan tujuan untuk memberikan pencegahan terhadap infeksi.
Transfer imun yang di bentuk bersifat sementara selama antidodi masi
aktif.tranfer imun juga dapat terjadi pada bayi baru lahir, misalnya
immunoglobulin G yang di salurkan dari ibu ke bayi secara transplasental.
2)
imunisasi pasif terdiri dari 2 macam yaitu:
a.
Imunisasi pasif bawaan:
Merupakan imunisasi pasif di mana zat antinya berasal dari ibunya
selama dalam kandungan. Misalnya terdapat pada neonates ( bayi baru lahir)
sampai bayi berumur 5 buln.
b.
Imunisasi pasif di dapat:
Merupakan imunisasi pasif di mana zat antinya terdapat dari luar
tubuh, misalnya dengan suntik bahan atau serum yang mengandung zat anti. Zat
anti ini tedapat oleh anak dari luar dan hanya berlangsung pendek, yaitu 2-3
minggu karena zat anti seperti ini akan di keluarkan kembali dari tubuh anak.
Misalnya pemberian serum tetanus terhadap penyaki tetanus. Dengan mendapat luka
terutama yang dalam dan kotor dan sebagainya. Maka untuk mencegah terjadinya
tetanus, dapat di berikan profilaksis dengan serum anti-tetanus.
JENIS-JENIS
IMUNISASI
1) Pengertian imunisasi dasar
adalah
imunisasi yang perlu di berikan pada semua orang, terutama bayi dan anak baru
lahir untuk melindungi diriya dari penyakit-penyakit berbahaya.
Lima jenis
imunisasi yang di wajibkan pemerintah adalah imunisasi terhadap tujuh penyakit,
yaitu TBC, difteri, tetanus, pertusis ( batuk rejan), poliomyelitis, campak dan
hepatitis B.
Ke-lima jenis
imnusasi dasar yang wajib diperoleh bayi
sebelum usia setahun tersebut adalah :
a) Imunisasi BCG, yang dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan.
b) Imunisasi DPT, yang diberikan 3 (tiga) kali pada usia 2-11 bulan
dengan interval minimal 4 minggu.
c) Imunisasi polio, yang diberikan 4 (empat) kali pada bayi 0-11 bulan
dengan interval minimal 4 minggu.
d) Imunisasi Campak, yang diberikan 1 (satu) kali pada bayi usia 9-11
bulan.
e) Imunisasi Hepatitis B, yang diberikan 3 (tiga) kali pada bayi usia
1-11 bulan, dengan interval minimal 4 minggu.
a. Imunisasi BCG
1).
Pengertian
Ø Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC), yaitu penyakit paru-paru
yang sangat menular.
Ø Imunisasi BCG adalah imunisasi yang igunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun
sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat
seperti TBC pada selaput otak, TBC militer (pada seluruh lapangan paru) atau
TBC ulang.
Ø Imunisasi BCG adalah pemberian vaksin yang mengandung kuman TBC yang
telah dilemahkan.
2).
Pemberian imunisasi
Frekuensi
pemberian imunisai BCG adalah satu kali dan tidak perlu di tulang (booster).
Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibody yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi
kuman mati, hingga memerlukan pengulangan.
3). Usia
pemberian imunisasi
Sedini
mungkin atau secepatnya, tetapi pada umumya di bawah 2 (dua) bulan. Jika
diberikan setelah usia 2 bulan,
disarankan dilakukan tes mantoux (tuberculin) terlebih dahulu untuk mengetahui
apakah bayi sudah kemasukan kuman Mycobacterium
tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tes-nya negative.
Jika ada penderita TB tinggal serumah atau sering bertandang kerumah, segera
setelah lahir bayi diimunisasi BCG.
4). Cara pemberian imunisasi
Cara
pemberian imunisasi BCG adalah melalui intradermal dengan lokasi penyuntikan
pada lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO) atau penyuntikan pada paha.
5). Tanda keberhasilan
Timbul indurasi (benjolan) kecil
dan eritema (merah) di daerah bekas suntikan setelah satu atau dua minggu
kemudian, yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi ulkus (luka).
Tidak mnmbulkan nyeri dan tidak diiringi panas (demam). Luka ini akan sembuh
sendiri dan meninggalkan tanda parut. Jika pun indurasi (benjolan) tidak
timbul, hal ini tidak perlu di khawtirkan. Karena kemungkinan cara penyuntikan
yang salah, mengingat cara menyuntikkannya perlu keahlian khusus karena vaksin
harus masuk kedalam kulit. Jadi, meskipun benjolan tidak timbul , antibody
tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah. Imunisasi tidak perlu diulang,
karena di daerah endemic TB, infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain,
anak akan mendapat vaksinasi alamiah.
6). Efek samping imunisasi
Umumnya tidak ada. Namun, pada
beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher
bagian bawah (atau di selangkangan bila penyuntikkan dilakukan dipaha).
Biasanya akan sembuh sendiri.
7). kontra-indikasi imunisasi
Imuniasai BCG tidak dapat
diberikan pada anak yang berpenyakit TB
atau menunjukkan uji Mantoux positif atau pada anak yang mempunyai penyakit
kulit yang berat/menahun.
b. Imunisasi DPT
1.
Pengertian
§
Imunisasi DPT merupakan
imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis
dan tetanus.
§
Imunisasi DPT merupakan
imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap beberapa
penyakit berikut ini :
ü
Penyakit difteri, yaitu radang
tenggorokkan yang sangat berbahaya karena menimbulkan tenggorokkan tersumbat
dan kerusakan jantung yang menyebabkan kematian dalam beberapa hari saja.
ü
Penyakit pertusis, yaitu radang
paru (pernafasan), yang disebut juga batuk rejaan atau batuk 100 hari karena
akitnya bisa mencapai 100 hari atau 3bulan lebih. Gejala penyakit ini sangat
khas, yaitu batuk yang bertahap, panjang dan lama disertai bunyi
“whoop”/berbunyi dan diakhiri dengan muntah, mata dapat bengkak atau penderita
dapat meninggal karena kesulitan bernafas.
ü
Penyakit tetanus, yaitu
penyakit kejang otot seluruh tubuh dengan mulut terkunci/terkancing sehingga
mulut tidak bisa membuka atau dibuka.
§
Imunisasi DPT merupakan
imunisasi dengan memberikan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat
racunnya akan masih dapat merangsang pembentukkan zat anti (toxoid).
2.
Pemberian imunisasi dan usia pemberian imunisasi
Pemberian
imunisasi 3 kali (paling sering dilakukan), yaitu pada usia 2bulan, 4 bulan dan
6 bulan. Namun, bisa juga ditambahkan 2 kali lagi, yaitu 1 kali di usia 18
bulan dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan
imunisasi TT.
3.
Cara pemberian imunisasi
Cara
pemberian imunisasi melalui suntikan intra muskuker (I.M)
4.
Efek samping imunisasi
biasanya,
hanya gejala-gejala ringan, seperti sedikit demam (“sumeng”) saja dan rewel
selama 1-2 hari, kemerahan, pembekakan,
agak nyeri atau pegal-pegal pada tempat suntikan, yang akan hilang sendiri
dalam beberapa hari, atau bila masi demam dapat di berikan obat penurun panas bayi,
atau bisa juga dengan memberikan minum cairan lebih banyak dan tidak memakaikan
pakaian terlalu banyak.
5.
kontra indikasi imunisasi
imunisasi
DPT tidak dapat di berikan pada anak-anak yang mempunyai penyakit atau kelainan
saraf baik bersifat keturunan atau bukan, seperti epilepsi, menderita kelainan
saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak, anak –anak
yang sedang demam/sakit keras dan yang mudah mendapat kejang dan mempunyai
sifat alergi, seperti eksim atau asma.
c.) imunisasi polio
1.
pengertian
imunisasi polio adalah imunisasi yang di berikan untuk menimbulkan
kekebalan terhadap penyakit polio mielitis, yaitu penyakit radang yang
menyerang saraf dan dapat mengakibatkan lumpuh kaki.
Imunisasi polio adalah imunisai yang di gunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat mengakibatkan kelumpuhan pada
anak. (kandungan vaksin polio adalah firus yang di lemahkan).
2.
Pemberian imunisasi
bisa lebih dari jadwal yang telah di tentukan, mengingat adanya
imunisasi polio missal atau pecan imunisasi nasional. Tetapi jumlah dosis yang
berlebihan tidak akan berdampak buruk, karena tidak ada istilah overdosis dalam
imunisasi.
3.
Usia pemberian imunisasi
Waktu pemberian imunisasi adalah pada umur bayi 0-11 bulan atau saat
lahir (0 bulan) dan berikutnya pada usia bayi 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan.
Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu di barengi dengan vaksin DPT.
4.
Cara pemberian imunisasi
Cara pemberian imunisasi secara polio melalui oral/mulut (oral
poliomyelitis vaccine/OPV). Di luar negri, cara pemberian imunisasi polio ada
yang melalui suntikan (disebut inactivated poliomyelitis vaccine/IPV).
5.
Efek samping imunisasi
Hamper tidak ada efek samping. Hanya sebagian saja yang mengalami
pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasus-nyapun sangat jarang.
6.
Kontra indikasi imunisasi
Sebaiknya pada anak dengan diare berat ataupun sedang sakit parah,
seperti demam tinggi (di atas 30˚c)
ditangguhkan. Pada anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan tidak di
berikan imunisasi polio. Demikian juga anak dengan penyakit HIV/AIDS, penyakit
kangker atau keganasan, sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan
radiasi umum, tidak di berikan imunisasi polio.
7.
Tingkat kekebalan
Bisa mencekal penyakit polio hingga 90%
d). imunisasi campak
a) Imunisasi campak adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular.
b) Imunisasi campak adalah imunisasi yang di berikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit campak (morbili/measles). (kandungan vaksin
campak ini adalah virus yang di lemahkan).
c) (sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun
seiring bertambahnya usia, antibody dari ibunya semangkin menurun sehingga butu
antibody tambahan lewat pemberian faksin campak. Apalagi penyakit campak mudah
menular dan anak yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali tererang
penyakit yang disebabkan virus morbilli ini. Namun, untungnya campak hanya di
derita
Sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu
biasanya tidak akan terkena lagi).
2). pemberian imunisasi
frekuensi pemberian
imunisasi campak adalah satu kali.
3). Usia pemberian imunisasi
Imunisasi campak di
berikan satu kali pada usia 9 bulan, dan di anjurkan pemberiannya sesuai
jadwal.
4). Cara pemberian imunisasi
Cara pemberian
imunisasi campak adalah melalui subkutan.
5). Efek sampig imunisasi
Biasanya tidak
terdapat reaksi imunisasi. Mungkin terjadi demam ringan dan terdapat efek
kemerahan/bercak merah pada pipi di bawah telingga pada hari 7-8 setelah
penyuntikan. Kemungkinan juga terdapat pembengkakan pada tempat penyuntikan.
6). Kontra indikasi imunisasi
Kontra indikasi
pemberian imunisai campak adalah anak:
·
Dengan anak infeksi akut yang
di sertai demam
·
Dengan penyakit ganguan
kekebalan
·
Dengan penyakit TBC tanpa
pengobatan
·
Dengan kekurangan gizi berat
·
Dengan penyakit keganasan
·
Dengan kerentanan tinggi
terhadap protein telur, kanamisin dan eritromisin( antibiotic).
e). imunisasi hepatitis B
1.
Pengertian
·
Imunisasi hepatitis B adalah
imunisasi yang di beri kan untuk menimbulkan kekebalan tubuh aktifterhadap
penyakit hepatitis B, yaitu penykit yang dapat merusak hati.
·
Imunisasi hepatitis B adalah
imunisasi yang di gunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis, yang
kandungan nya adlah HbsAg dalam bentuk cair.
2.
Pemberian imunisasi
Frekuensi
pemberian imunisasi hepatitis B adalah tiga kali.
3.
Usia pemberian imunisasi
Sebaiknya
diberikan 12 jam setelah lahir. Dengan syarat kondisi keadaan stabil, tidak ada
ganguan paru-paru dan jantung.kemudian di lanjutkan pada saat bayi berusia 1
bulan, dan usia antara 3-6 bulan.
4.
Cara pemberian imunisasi
Dengan
cara intra muscular di lengan deltoid atau paha anterolateral
5.
Efek samping imunisasi
Berupa
keluhan nyeri pada tempat suntikan, yang di susul demam ringan dan
pembengkakan.
6.
Tanda keberhasilan
Bila
kadarnya di atas 1000, berarti daya tahannya 8 tahun; di tas 500 tahan 5 tahun;
di atas 200 tahan 3 tahun.tetapi bila angkanya hnya 100, maka dalam setahun akan
hilang, sehingga bila angka nol berarti bayi harus di suntik ulang 3 kali lagi.
7.
Kontra indikasi
Tidak
dapat di berikan anak pada anak yang menderita sakit berat.
8.
Tingkat kekebalan
Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya, setelah 3 kali suntikan, lebih
dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup.
2. Imunisasi Booster
Imunisasi
booster adalah imunisasi ulangan (revaksinasi dari imunisasi dasar yang
diberikan pada waktu-waktu tertentu dan juga diberikan bila terdapat suatu wabah yang berjangkit atau bila
terdapat kontak dengan penyakit bersangkutan. Imunisasi ulangan dapat
meninggikan secara cepat kadar zat-zat anti dalam tubuh.
3.
Imunisasi ysang tidak diwajibkan, tetapi Dianjurkan
Disamping 5 (lima) jenis imunisasi dasar yang diwajibkan diperoleh
bayi sebelum usia setahun diatas, maka berikut ini terdapat beberapa jenis
imunisasi yang tidak wajib, tetapi dianjurkan, antara lain :
v
Imunisasi MMR
v
Imunisasi Typhoid
v
Imunisasi HiB (Meningitis)
v
Imunisasi Hepatitis A
v
Imunisasi Varicella (Cacar air)
a. Imunisasi MMR (Measles,
Mumps, dan Rubela)
Adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak (measles), parotis epidemika (mumps, gondongan),
campak jerman (Rubela).
1). Penyakit
campak
Campak adalah penyakit
virus akut yang disebabkan oleh virus campak, yang penyebarannya terjadi
dengan perantara droplet, dengan masa inkubasi 10-14 hari, ditandai dengan ruam
campak, demam, batuk.
2). Parotis
epidemika
Penyakit parotis atau gondongan adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi paramyxovirus dan
penyebarannya melalui droplet, dengan masa inkubasi 12-25 hari, dengan gejala
tidak khas seperti anoreksia, mialgia, malaise, nyeri kepala, dan demam ringan,
yang kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotis unilateral atau bilateral.
Penyakit ini terutama terjadi pada anak usia 5-9 tahun.
3). Rubela
(Campak jerman)
Imunisasi Typhoid adalah imunisasi yang diberikan untuk
mencegah terjadinya penyakit typhoid atau tifus abdominalis.
·
Penyakit typhoid (Demam tifoid)
Adalah penyakit yang disebakan oleh salmonella typhi,
yang menyebabkan infeksi dan ditandai dengan demam, toksemia, nyeri, perut,
konstipasi atau diare, dengan masa
inkubasi biasanya 7-14 hari. Penyakit ini sering dijumpai di Negara berkembang
terutama di asia, Afrika, dan amerika latin.
JENIS-JENIS
VAKSIN
Beberapa jenis vaksin dibuat berdasrkan
proses produksinya ntara lain :
1.
Vaksin hidup ( Live attenuated vaccine)
vaksin terdiri dari kuman
atau virus yang dilemahkan, masih antigenic namun tidak patogenik. Contohnya, virus
polio oral. Oleh karena vaksin diberikan sesuai infeksi alamiah (oral), virus
dalam vaksin akan hidup dan berkembang biak di epitel saluran cerna, sehingga
akan memberikan kekebalan lokal. Sekresi antibody IgA lokal yang ditingkatkan
akan mencegah virus liar yang masuk ke dalam sel tubuh.
2.
Vaksin mati (Killed vaccine/inacctived
vaccine)
Vaksin mati jelas tidak
patogenik dn tidak berkembang biak dalam tubuh. Oleh karena itu diperlukan
pemberian beberapa kali.
3. Rekombinan
Susunan vaksin ini (missal
hepatitis B) memerlukan epitop organisme yang pathogen. Sintesis dari antigen
vaksin tersebut melalui isolasi dn penentuan kode gena epitop bagi sel penerima
vaksin.
4. Toksoid
Bahan yang bersifat
imunogenik dibuat dari toksin kuman. Pemanasan dan penambahan formalin biasanya
digunakan dalam proses pembuatannya. Hasil dari pembuatan bahan toksoid yang
jadi disebut sebaga natural flue toxoid, dan
merangsang terbentukanya antibody antitoksin. Imunisasi bacterial toksoid
efektif selama satu tahun. Bahan adjuvant digunakan untuk memperlama rangsangan
antigenic dan meningkatkan imunogenesitasnya.
5.
Vaksin plasma DNA (Plasmid DNA vaccines)
Vaksin ini berdasarkan
isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigen yang patogen dan saat ini
sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil akhir pada binatang percobaan
menujukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang respon humoral dan
selular yang cukup kuat, sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini
sedang dilakukan
Jenis-jenis vaksin berdasarkan fungsinya :
1.
Vaksin BCG (Bacillus Calmette
Guerine), untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosa.
2.
Vaksin DPT (Difteri Pertusis
Tetanus), untuk pemberian kekebalan secara silmutan terhadap difteri, pertusis,
dan tetanus.
3.
Vaksin TT (Tetanus Toksoid),
untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus.
4.
Vaksin DT (Difteri dan
Tetanus), untuk pemberian kekebalan simultan terhadap difteri da tetanus.
5.
Vaksin Polio (Oral Polia
Vaccine), untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis.
6.
Vaksin Campak, untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap penyakit campak
7.
Vaksin Hepatitis B, untuk
pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis
B.
8.
Vaksin DPT/HB, untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus,pertusis dan hepatitis B.
C. Sifat Vaksin
Sifat vaksin di golongkan menjadi dua jika
berdasarkan pada kepekaan atau sensitivitasnya terhadap suhu. Sifat-sifat
vaksin tersebut, yaitu :
1.
Vaksin yang sensitive tehadap
beku ( Freeze sensitive) merupakan vaksin yang akan rusak bila terpapar dengan
suhu pembekuan. Vaksin yang tergolong dalam sifat ini, antara lain vaksin
Hepatitis B-PID, vaksin DPT-HB, DT, dan TT.
Tabel 2. Vaksin yang
sensitive terhadap beku
Vaksin
|
Pada suhu
|
Dapat bertahan selama
|
Hepatitis B, DPT-HB
|
-0,5˚C
|
Max ½ jam
|
DPT,DT,TT
|
-5˚C s/d- 10˚C
|
Max 1,5-2 jam
|
DPT,DPT-DT
|
Beberapa ˚C diatas suhu udara luar (ambient temperature <34˚C)
|
14 hari
|
Hepatitis B dan TT
|
Beberapa ˚C diatas suhu udara luar (ambient temperature <34˚C)
|
30 hari
|
2.
Vaksin yang sensitive terhadap
panas ( Heat sensitive) merupakan golongan vaksin yang akan rusak jika terpapar
dengan suhu panas yang berlebihan. Vaksin yang mempunyai sifat seperti ini,
antara lain vaksin polio, vaksin BCG dan vaksin campak.
Tabel 3. Vaksin yang
sensitive terhadap panas
Vaksin
|
Pada suhu
|
Dapat bertahan selama
|
Polio
|
beberapa˚C diatas suhu udara luar (ambient temperature <34˚C)
|
2 hari
|
Campak dan BCG
|
Beberapa ˚C diatas suhu udara luar (ambient temperature)
|
7 hari
|
D. Kerusakan Vaksin
1.
Kerusakan vaksin terhadap suhu
Masing-masing vaksin
mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap
suhu yang tidak tepat. Paparan suhu yang tidak tepat mengakibatkan umur
penggunaan vaksin berkurang. Sebagai contoh vaksin Hepatitis B-PID dan vaksin
DPT-HB pada suhu 0,5˚C dapat bertahan
selama maksimal 30 menit. Sedangkan untuk vaksin DT dan vaksin TT pada suhu 5˚C s/d 10˚C, maka vaksi ini
dapat bertahan masksimal 90 menit sampai 2 jam.
2.
Kerusakan vaksin terhadap sinar
matahari atau sinar ultra violet
Semua vaksin akan rusak
jika terkena matahari langsung serta sinar ultra violet. Vaksin yang tidak
habis pada pelayanan statis (Puskesmas, Rumah sakit, dan praktek swasta) dapat
dipergunakan lagi pada pelayanan berikutnya, dengan beberapa syarat :
a.
Vaksin belum kadaluarsa
b.
Vaksin disimpan dalam suhu 2
s/d 8˚C
c.
Tidak pernah terendam air
d.
Sterilitasnya terjaga
e.
VVM masih dalam kondisi A atau
B
Tabel 4. Masa Pakai Vaksin yang sudah Dibuka
No
|
Vaksin
|
Masa pakai
|
1.
|
BCG
|
3 jam
|
2.
|
Campak
|
6 jam
|
3.
|
Polio
|
2 minggu
|
4.
|
DPT/HB
|
4 minggu
|
5.
|
DT
|
4 minggu
|
6.
|
TT
|
4 minggu
|
Sumber : Buku Acuan Imunisasi Dasar Bagi
Pelaksana Imunisasi, 2008
Pemberian vaksin dapat dilakukan dalam berbagai cara seperti injeksi
intramuscular, subkutan,intradermal,dan secara oral, semua cara pemberian ini
disesuaikan dengan komposisi vaksin dan imunogenesitasnya. Vaksin akan
diberikan pada tempat dimana respon imun akan tercapai maksimal dan terjadinya
kerusakan jaringan,saraf, dan vascular yang minimal.
Vaksin dapat diberikan melalui oral (mulut), atau melalui injeksi
pada bagian intradermal, subkutan atau intramuscular. Cara pemberian vaksin
akan disesuaikan dengn kecepatan dan sifat respon imun tubuh terhadap vaksin.
Adjuvant yang terkandung dalam vaksin sengaja dibuat untuk merangsang system
imun tubuh. System imun yang baik dapat melawan antigen secara sempurna, mulai
dari fatositosis dan digesti intraseluler bakteri oleh makrofag, berinteraksi
dengan komplemen serum untuk merusak membrane bakteri sehingga terjadi
bakteriolisis,menetralisir terjadinya infeksius,atau mencegah terjadinya adhesi
permukaan mukosa karena bakteri.
Ketika tubuh terpapar dengan antigen yang terdpat dalam vaksin maka
sel T akan terangsang jadi matang. Pematangan sel T selanjutnya, seperti sel
Th1 yang memperantai respon imun seluler, sel Th2 yang memperbesar produksi
antibody. Proses selanjutnya sel B mulai teraktifasi secara bertahap dengan
periode waktu tertentu. Dalam 7-10 hari terpapar dengan ntigen imunoglobin (
IgM, IgA, IgD, IgG, IgE).
Imunisasi harus dilakukan secara tepat. Beberapa persyaratan sebelum
dilakukan imunisasi tidak boleh dilanggar agar didapatkan hasil yang maksimal,
tanpa menimbulkan penyakit baru akinat pemberian vaksin yang salah. Hal ini
dimaksudkan agar tidak menimbulkan efek samping yang berlebih. Walaupun efek
samping tetap berikso.
Faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi reaksi samping menurut isbagio dan prijanto, yaitu:
1.
Vaksin
Tipe dari strain organism, jumlah
organism (titer antigen), media yang
dugunakan untuk pertumbuhan organism, prose inaktivasi atau atenuasi,jenis
adjuvant, dan stabilisator/preversi yang digunakan.
2.
Penerimaan vaksin
Usia,jenis kelamin,dosis vaksin
sebelumnya,riwayat sakit dengan agen yang bersangkutan , antibody pasif yang
didapat (seroglobin imun,antibody maternal), penyakit koinsiden,defisiensi
imun.
3.
Cara pemberian
Penggunaan je-gun, jarum dan suntikan,tempat
suntikan dan jaringan suntik (intradermal,subkutan,intramuscular).
E. Cara Pemberian Vaksin
Uji kocok
(shake test) dilakukan untuk meyakinkan apakah pasien tersangka beku masih
layak digunakan atau tidak. Cara melakukan uji kocok :
1.
Pilih salah satu contoh dari
tiap tipe dan tiap tipe dan batch vaksin yang
dicurigai pernah beku, utamakan dengan evaporator dan bagian lemari es
yang paling dingin. Beri label “tersangka beku”. Bandingkan dengan vaksin tipe
batch yang sama yang sengaja dibekukan
hingga beku padat seluruhnya dan beri label “dibekukan”
2.
Biarkan contoh “dibekukan” dan
vaksin “tersangka beku” sampai mencair seluruhnnya.
3.
Kocok contoh “dibekukan” dan
vaksin “tersangka beku” secara bersamaan.
4.
Amati contoh “dibekukan” dan
vaksin “tersangka beku” bersebelahan
untuk membandingkan waktu pengendapan (umunya 5-30 menit)
5.
Bila terjadi :
a.
Pengendapan vaksin “tersagka
beku” lebih lambat dari contoh “dibekukan” : vaksin dapat digunakan.
b.
Pengendapan vaksin “ tersangka
beku” lebih cepat dari contoh “ dibekukan” : vaksin jangan digunakan, vaksin
dapat rusak.
6.
Harus melakukan uji kocok untuk
tiap vaksin yang berbeda batch dan jenis vaksinnya dengan control “dibekukan”
yang sesuai.
F.
Penanganan Vaksin Rusak dan Vaksin Sisa
Vaksin yang disebut rusak adalah sebagai berikut :
1.
Vaksin yang sudah menunjukkan indicator VVM pada tingkat C dan D berarti
sudah rusak dan tidak dapat digunakan lagi.
2.
Vaksi yang sudah lewat tanggal kadaluarsa
(expiry date)
3.
Vaksin yang beku
4.
Vakisin yang pecah
Vaksin yang
rusak dikeluarkan dari lemari es, kemudian dilaporkan kepada atasan petugas.
Jika sedikit dapat dimusnahkan sendiri oleh puskesmas, tetapi bila banyak dapat
dikumpulkan ke Dinkes kabupaten/kota dengan dibuat berita acara pemusnahan.
Sisa vaksin
yang telah dibuka pada pelayanan posyandu tidak boleh digunakan lagi. Sedangkan
pelayanan imunisasi startis (di
puskesmas, poliklinik) sisa vaksin dapat dipergunakan lagi dengan ketentuan sebagai berikut :
1.
Vaksin tidak melewati tanggal
kadaluarsa
2.
Tetap disimpan dalam suhu +2 ˚C sd +8 ˚C
3.
Kemasan tidak pernah
tercampur/terendam dengan air
4.
VVM tidak meunjukkan indikasi
paparan panas yang merusak vaksin
5.
Pada label agar ditulis tanggal
pada saat Vial pertama kali dipakai/dibuka
6.
Vaksin DPT,DT,TT,Hepatitis B,
dan DPT-HB dapat digunakan kembali hingga 4 minggu sejak Vial vaksin dibuka.
7.
Vaksin polio dapat digunakan
kembali hingga minggu sejak vial dibuka.
8.
Vaksin campak karena tidak
mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan tidak lebih dari 8 jam sejak
dilarutkan, sedangkan Vaksin BCG hanya boleh digunakan 3 jam setelah
dilarutkan.
G.
Kegagalan Vaksinasi
Beberapa faktor
penting penyebab kegagalan vaksinasi antara lain adalah harga vaksin yang mahal,menurunnya
efektivitas vaksin akibat distribusi yang tidak baik, cara penyimpanan vaksin
yang tidak tepat, tidak adanya kotak pendingin dalam pendistribusiannya,dan
sebagian besar vaksin harus diberikan dengan cara penyutikan, dll. Keadaan ini
mempengaruhi ketersediaan vaksin
terutama di Negara-negara miskin, dimana justru penyakit-penyakit infeksi
tersebut sangat tinggi angka kesakitan dan angka kematiannya.
Keterbatasan-keterbatasan tersebut telah memacu para peneliti untuk menemukan
trobosan baru dalam teknologi pembuatan dan cara pemberian vaksin. Bentuk
vaksin yang diminati adalah vaksin yang dapat dikonsumsi tanpa harus
menyuntikannya atau tanpa harus di simpan diruang pendingin sehingga memudahkan
pendistribusiannya.
Perkembangan
selanjutnya, para ilmuan mencari permasalahan dari fenomena ini. Tahun 1990-an
berkembang suatu teknologi tanama transgenic. Tanaman ini mengandung suatu
fragmen DNA akan mengkode pembentukkan protein, yang biasanya dipilih protein
yang terletak dipermukaan sel bakteri atau virus, sehingga bila tanam tersebut
dikonsumsi akan menghasilkan respon
imun. System kekebalan tubuh yang terbentuk akan dapat mengenali epitop
spesifik pada permukan sel bakteri dan virus,yang masuk ke dalam tubuh,
sehingga akan terhindar dari infeksi bakteri atau virus. Teknologi tanaman
transgenic memiliki beberapa keuntungan yang antara lain adalah tanaman inang
dapat dipilih dari jenis tanaman lokal,murah, dan dapat ditanam dengan
teknologi sederhana sesuai dengan daerah tumbuhnya, dan dapat diproduksi
sebanyak mungkin sesuai kebutuhan. Beberapa jenis tanaman yang diapakai sebagai
tanaman inang adalah
pisang,tomat,kentang,padi,kedelai,wortel,jagung,kacang-kacangan,dan tembakau.
Cara Pemberian Vaksin dan Dosisnya
Vaksin BCG
merupakan bakteri tuberculosis bacillus yang telah dilemahkan. Cara
pemberiannya melalui suntikkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar