bunga jatuh

Rabu, 03 Februari 2016

MAKALAH IKA



                      


                                                     KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah asuhan kebidanan persalinan dengan judul “Pemeliharaan dan upaya pencegahan imunisasi” Makalah ini disusun sebagai upaya memenuhi kebutuhan materi belajar-mengajar untuk mata kuliah asuhan kebidanan persalinan.
Dalam penulisan makalah ini juga tidak lepas dari dukungan berbagai pihak sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang maksimal, mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki, makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dari segi bahasa, pengolahan, maupun dalam penyusunan.Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi tercapai suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan dalam bidang mata ajar komunikasi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.



                                                                                                                        Penulis
( kelompok 11)
Tebing Tinggi, November 2015







BAB I
PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG

    Imunisasi merupakan upaya pencegan yang telah berhasil menurunkan morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi pada bayi dan anak. Agar bidan dapat memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi dan balita, salah satunya adalah memahami hal-hal yang berkaitan dengan imunisasi
2.      RUMUSAN MASALAH
1.      Mengetahui tentang apa itu imunisasi
2.      Mengetahui apa-apa saja jenis imunisasi
3.      Mengetahui apa itu vaksin













KONSEP IMUNOLOGI
1.    Pengertian imunisasi

    Imunisasi merupakan upaya pencegan yang telah berhasil menurunkan morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi pada bayi dan anak. Agar bidan dapat memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi dan balita, salah satunya adalah memahami hal-hal yang berkaitan dengan imunisasi, termasuk pengertian-pengertian imunisasi berikut ini :
a.       Imunisasi  berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau rensisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain, diperlukan imunisasi lainnya (Anonim, 2008).
b.       Imunisasi  adalah suatu tindakan untuk memberikan perlindungan (kekebalan) di dalam tubuh bayi dan anak.
c.       Imunisasi  adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajang pada antigen yang serupa,tidak terjadi penyakit (matondang, CS dkk, 2005)
d.       Imunisasi  adalah pemberian imunitas (kekebalan) tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewadah atau berbahaya bagi manusia.
e.       Imunisasi  adalah suatu proses untuk membuat system pertahanan tubuh kebal terhadap invasi mikroorganisme (bakteri dan virus) yang dapat menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki kecepatan untuk menyerang tubuh. Dengan imunisasi, tubuh akan terlindung dari infeksi, begitu pula orang lain karena tidak tertular dari seseorang. Oleh karena itu, imunisasi harus dilakukan untuk semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir, agar pada akhirnya nanti infeksi dapat musnah dari muka bumi.
f.         Imunisasi  adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk merangsang pembentukkan zat anti di masukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG,DPT,campak, dan melalui mulut seperti vaksin polio.
g.       Imunisasi  adalah upaya untuk merangsang kekebalan tubuh dari serangan penyakit menular tertentu melalui pemberian vaksin.
h.       Istilah imunisasi dan vaksinasi sering kali di katakana sama. Ilmu nisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibody secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian vaksin(antigen)yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibody) dari system imun di dalam tubuh. (IGN ranuh, 2005).
i.         Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga kelak bila ia terpajan pada antigen serupa tidak terjadi penyakit(imunisasi di Indonesia 2001).

2.   Tujuan imunisai

Tujuan dalam pemberian imunisasi, antara lain:
1.       Tujuan/manfaat imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu  pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu di dunia.
2.       Tujuan dan keguanaan imunisasi adalah untuk melindungi dan mencegah penyakit- penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak.
3.       Tujuan di berikan imunisai adalah di harapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
4.       Tujuan atau manfaat imunisasi adalah untuk menurunkan morbiditas, mortalitas dan cacat serta bila mungkin di dapat eradikasi sesuatu penyakit dari suatu daerah atau negri.
5.       Tujuan dari di berikanya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu pnyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat di hindari dengan imunisasi yaitu seperti campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, hepatitis B, cacar air,TBC, dan lain sebagainya.
6.       Tujuan imunisai adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan peyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar.

3.       Macam- macam imunisasi
Imunitas atau kekebalan, berdasarkan asal-muasalnya dibagi dalam 2 hal, yaitu aktif dan pasif. Aktif adalah bila tubuh anak ikut menyelenggarakan terbentuknya imunitas, sedangkan pasif adalah bila tubuh anak tidak bekerja membentuk kekebalan,tetapi hanya menerimanya saja.
1.  Maka berdasarkan hal tersebut di atas, maka imunisasi di bagi menjadi 2 macam, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.

a.             Imunfisasi akti
1.)pengertian imunisai aktif
a.    imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah di lemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibody sendiri. Contoh: selama bertahun-tahun.imunisasi polio atau campak.
b.         Imunisasi aktif adalah zat yang di bentuk tubuh itu sendiri dan akan bertahan
c.          Imunisasi aktif adalah pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu peruses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan repon seluler dan humoral serta dihasilkanya sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespon.
d.                        Imunisasi aktif diberikan untuk pencegahan penyakit yang dilakukan dengan pemberian vaksin terhadap beberapa penyakit infeksi.
2.)                     imunisasi aktif ini dilakukan dengan vaksin yang mengandung:
a.                        kuman –kuman mati (misalnya : vaksin cholera-thypoid/typhus abdominalis-paratyphus ABC, vaksin fertusis batuk rejan).
b.     Kuman-kuman hidup diperlemah (misalnya: vaksin BCG terhadap tuberculosis).
c.                         Virus-virus hidup di perlemah (misalnya: bibit cacar, vaksin poliomyeslitis).
d.                        Toxoid (=toksin=racun dari pada kuman yang dinetralisasi: toxoid difteri, toxoid tetanus).
Vaksin diberikan dengan cara di suntikkan atau per oral/melalui mulut. Terhadap pemberian vaksin tersebut, maka tubuh membuat zat-zat anti terhadap penyakit bersangkutan(oleh karena itu dinamakan imunisasi aktif, kadar zat-zat dapat diukur dengan pemeriksaan darah) dan oleh sebab itu menjadi imun (kebal) terhadap penyakit tersebut.
3.)    Pemberian vaksin dengan cara menyuntikan kuman atau antigen murni akan menyebabkan benar-benar menjadi sakit. Oleh karena itu, dibutukan dalam bentuk vaksin, yaitu kuman yang telah di lemahkan. Pemberian vaksin akan merangsang tubuh untuk membentuk antibody.
4.)    Untuk itu, dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan yang terdapat dalam setiap vaksinnya, antara lain:
a.       Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan, yang dapat berupa poli sekarida, toxoid, atau virus yang dilemahkan atau bakteri yang di matikan.
b.       Pelarut dapat berupa air steril atau dapat berupa cairan kultur jaringan.
c.       Preservative, stabilizer,dan ntibiotika yang berguna untuk menghindari tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.
d.       Adjuvant yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenitas antigen.
5.)    Untuk keperluan imunisasi aktif tersedia antara lain:
a.       Vaksin BCG (bacillus calmette-guerin untuk tuberculosis)
b.       Vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus)
c.       Vakain poliomyelitis
d.       Vaksin campak
e.       Vaksin typa (typus abdominalis)
f.         Toxoid tetanus
g.       dan lain-lain
6.)    namun, pemerintah tidak mewajibkan berbagai jenis imunisasi tersebut harus dilakukan semua. Hanya 5 jenis imunisasi pada anak di bawah 5 tahun yang harus dilakukan, yaitu:
a.       BCG (bacillus calmette-guerin)
b.       DPT ( difteri, pertusis, tetanus)
c.       Polio
d.       Campak
e.       Hepatitis B
                        B. imunisasi pasif
1) beberapa pengertian dari imunisasi pasif, adalah sebagai berikut:
a.       Imunisasi pasif adalah, zat anti yang di dapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntikan bahan atau serum yang mengandug zat anti atau zat anti dari ibunya selama dalam kandungan. Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak bertahan lama.
b.       Imunisasi pasif adalah pemberian zat( immunoglobulin)yaitu zat yang di hasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang
c.       Imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibody, sehingga kadar antibody dalam tubuh meningkat.
d.       Imunisasi pasip adalah pemberian antibody dengan tujuan untuk memberikan pencegahan terhadap infeksi. Transfer imun yang di bentuk bersifat sementara selama antidodi masi aktif.tranfer imun juga dapat terjadi pada bayi baru lahir, misalnya immunoglobulin G yang di salurkan dari ibu ke bayi secara transplasental.

 2) imunisasi pasif terdiri dari 2 macam yaitu:

a.       Imunisasi pasif bawaan:
Merupakan imunisasi pasif di mana zat antinya berasal dari ibunya selama dalam kandungan. Misalnya terdapat pada neonates ( bayi baru lahir) sampai bayi berumur 5 buln.
b.       Imunisasi pasif di dapat:
Merupakan imunisasi pasif di mana zat antinya terdapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntik bahan atau serum yang mengandung zat anti. Zat anti ini tedapat oleh anak dari luar dan hanya berlangsung pendek, yaitu 2-3 minggu karena zat anti seperti ini akan di keluarkan kembali dari tubuh anak. Misalnya pemberian serum tetanus terhadap penyaki tetanus. Dengan mendapat luka terutama yang dalam dan kotor dan sebagainya. Maka untuk mencegah terjadinya tetanus, dapat di berikan profilaksis dengan serum anti-tetanus.

JENIS-JENIS IMUNISASI

1)   Pengertian imunisasi dasar

adalah imunisasi yang perlu di berikan pada semua orang, terutama bayi dan anak baru lahir untuk melindungi diriya dari penyakit-penyakit berbahaya.

Lima jenis imunisasi yang di wajibkan pemerintah adalah imunisasi terhadap tujuh penyakit, yaitu TBC, difteri, tetanus, pertusis ( batuk rejan), poliomyelitis, campak dan hepatitis B.

Ke-lima jenis imnusasi  dasar yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun tersebut adalah :
a)      Imunisasi BCG, yang dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan.
b)     Imunisasi DPT, yang diberikan 3 (tiga) kali pada usia 2-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu.
c)      Imunisasi polio, yang diberikan 4 (empat) kali pada bayi 0-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu.
d)     Imunisasi Campak, yang diberikan 1 (satu) kali pada bayi usia 9-11 bulan.
e)      Imunisasi Hepatitis B, yang diberikan 3 (tiga) kali pada bayi usia 1-11 bulan, dengan interval minimal 4 minggu.

a.     Imunisasi BCG

1). Pengertian

Ø  Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC), yaitu penyakit paru-paru yang sangat menular.
Ø  Imunisasi BCG adalah imunisasi yang igunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC militer (pada seluruh lapangan paru) atau TBC ulang.
Ø  Imunisasi BCG adalah pemberian vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.



2). Pemberian imunisasi
Frekuensi pemberian imunisai BCG adalah satu kali dan tidak perlu di tulang (booster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibody yang dihasilkannya  tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan.

3). Usia pemberian imunisasi
Sedini mungkin atau secepatnya, tetapi pada umumya di bawah 2 (dua) bulan. Jika diberikan setelah  usia 2 bulan, disarankan dilakukan tes mantoux (tuberculin) terlebih dahulu untuk mengetahui apakah bayi sudah kemasukan kuman Mycobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tes-nya negative. Jika ada penderita TB tinggal serumah atau sering bertandang kerumah, segera setelah lahir bayi diimunisasi BCG.

4). Cara pemberian imunisasi
Cara pemberian imunisasi BCG adalah melalui intradermal dengan lokasi penyuntikan pada lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO) atau penyuntikan pada paha.

5). Tanda keberhasilan
Timbul indurasi (benjolan) kecil dan eritema (merah) di daerah bekas suntikan setelah satu atau dua minggu kemudian, yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi ulkus (luka). Tidak mnmbulkan nyeri dan tidak diiringi panas (demam). Luka ini akan sembuh sendiri dan meninggalkan tanda parut. Jika pun indurasi (benjolan) tidak timbul, hal ini tidak perlu di khawtirkan. Karena kemungkinan cara penyuntikan yang salah, mengingat cara menyuntikkannya perlu keahlian khusus karena vaksin harus masuk kedalam kulit. Jadi, meskipun benjolan tidak timbul , antibody tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah. Imunisasi tidak perlu diulang, karena di daerah endemic TB, infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain, anak akan mendapat vaksinasi alamiah.

6). Efek samping imunisasi
Umumnya tidak ada. Namun, pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (atau di selangkangan bila penyuntikkan dilakukan dipaha). Biasanya akan sembuh sendiri.

7). kontra-indikasi imunisasi
Imuniasai BCG tidak dapat diberikan  pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukkan uji Mantoux positif atau pada anak yang mempunyai penyakit kulit yang berat/menahun.

b.      Imunisasi DPT
1.    Pengertian
§  Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus.
§  Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap beberapa penyakit berikut ini :
ü  Penyakit difteri, yaitu radang tenggorokkan yang sangat berbahaya karena menimbulkan tenggorokkan tersumbat dan kerusakan jantung yang menyebabkan kematian dalam beberapa hari saja.
ü  Penyakit pertusis, yaitu radang paru (pernafasan), yang disebut juga batuk rejaan atau batuk 100 hari karena akitnya bisa mencapai 100 hari atau 3bulan lebih. Gejala penyakit ini sangat khas, yaitu batuk yang bertahap, panjang dan lama disertai bunyi “whoop”/berbunyi dan diakhiri dengan muntah, mata dapat bengkak atau penderita dapat meninggal karena kesulitan bernafas.
ü  Penyakit tetanus, yaitu penyakit kejang otot seluruh tubuh dengan mulut terkunci/terkancing sehingga mulut tidak bisa membuka atau dibuka.

§  Imunisasi DPT merupakan imunisasi dengan memberikan vaksin yang mengandung racun  kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan masih dapat merangsang pembentukkan zat anti (toxoid).

2.      Pemberian imunisasi dan usia pemberian imunisasi
Pemberian imunisasi 3 kali (paling sering dilakukan), yaitu pada usia 2bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Namun, bisa juga ditambahkan 2 kali lagi, yaitu 1 kali di usia 18 bulan dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT.

3.      Cara pemberian imunisasi
Cara pemberian imunisasi melalui suntikan intra muskuker (I.M)
4.       Efek samping imunisasi
biasanya, hanya gejala-gejala ringan, seperti sedikit demam (“sumeng”) saja dan rewel selama   1-2 hari, kemerahan, pembekakan, agak nyeri atau pegal-pegal pada tempat suntikan, yang akan hilang sendiri dalam beberapa hari, atau bila masi demam dapat di berikan obat penurun panas bayi, atau bisa juga dengan memberikan minum cairan lebih banyak dan tidak memakaikan pakaian terlalu banyak.

5.       kontra indikasi imunisasi
imunisasi DPT tidak dapat di berikan pada anak-anak yang mempunyai penyakit atau kelainan saraf baik bersifat keturunan atau bukan, seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak, anak –anak yang sedang demam/sakit keras dan yang mudah mendapat kejang dan mempunyai sifat alergi, seperti eksim atau asma.

c.) imunisasi polio
1.      pengertian
imunisasi polio adalah imunisasi yang di berikan untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit polio mielitis, yaitu penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat mengakibatkan lumpuh kaki.
Imunisasi polio adalah imunisai yang di gunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat mengakibatkan kelumpuhan pada anak. (kandungan vaksin polio adalah firus yang di lemahkan).

2.       Pemberian imunisasi
bisa lebih dari jadwal yang telah di tentukan, mengingat adanya imunisasi polio missal atau pecan imunisasi nasional. Tetapi jumlah dosis yang berlebihan tidak akan berdampak buruk, karena tidak ada istilah overdosis dalam imunisasi.
3.       Usia pemberian imunisasi
Waktu pemberian imunisasi adalah pada umur bayi 0-11 bulan atau saat lahir (0 bulan) dan berikutnya pada usia bayi 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu di barengi dengan vaksin DPT.
4.       Cara pemberian imunisasi
Cara pemberian imunisasi secara polio melalui oral/mulut (oral poliomyelitis vaccine/OPV). Di luar negri, cara pemberian imunisasi polio ada yang melalui suntikan (disebut inactivated poliomyelitis vaccine/IPV).
5.       Efek samping imunisasi
Hamper tidak ada efek samping. Hanya sebagian saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasus-nyapun sangat jarang.
6.       Kontra indikasi imunisasi
Sebaiknya pada anak dengan diare berat ataupun sedang sakit parah, seperti demam tinggi (di atas 30˚c) ditangguhkan. Pada anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan tidak di berikan imunisasi polio. Demikian juga anak dengan penyakit HIV/AIDS, penyakit kangker atau keganasan, sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, tidak di berikan imunisasi polio.
7.       Tingkat kekebalan
Bisa mencekal penyakit polio hingga 90%

d). imunisasi campak
a)     Imunisasi campak adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular.
b)     Imunisasi campak adalah imunisasi yang di berikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (morbili/measles). (kandungan vaksin campak ini adalah virus yang di lemahkan).
c)      (sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibody dari ibunya semangkin menurun sehingga butu antibody tambahan lewat pemberian faksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular dan anak yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali tererang penyakit yang disebabkan virus morbilli ini. Namun, untungnya campak hanya di derita
Sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tidak akan terkena lagi).

2). pemberian imunisasi
frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali.
3). Usia pemberian imunisasi
Imunisasi campak di berikan satu kali pada usia 9 bulan, dan di anjurkan pemberiannya sesuai jadwal.
4). Cara pemberian imunisasi
Cara pemberian imunisasi campak adalah melalui subkutan.
5). Efek sampig imunisasi
Biasanya tidak terdapat reaksi imunisasi. Mungkin terjadi demam ringan dan terdapat efek kemerahan/bercak merah pada pipi di bawah telingga pada hari 7-8 setelah penyuntikan. Kemungkinan juga terdapat pembengkakan pada tempat penyuntikan.
6). Kontra indikasi imunisasi
Kontra indikasi pemberian imunisai campak adalah anak:
·         Dengan anak infeksi akut yang di sertai demam
·         Dengan penyakit ganguan kekebalan
·         Dengan penyakit TBC tanpa pengobatan
·         Dengan kekurangan gizi berat
·         Dengan penyakit keganasan
·         Dengan kerentanan tinggi terhadap protein telur, kanamisin dan eritromisin( antibiotic).
e). imunisasi hepatitis B
1.      Pengertian
·         Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang di beri kan untuk menimbulkan kekebalan tubuh aktifterhadap penyakit hepatitis B, yaitu penykit yang dapat merusak hati.
·         Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang di gunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis, yang kandungan nya adlah HbsAg dalam bentuk cair.
2.      Pemberian imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah tiga kali.
3.      Usia pemberian imunisasi
Sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir. Dengan syarat kondisi keadaan stabil, tidak ada ganguan paru-paru dan jantung.kemudian di lanjutkan pada saat bayi berusia 1 bulan, dan usia antara 3-6 bulan.
4.       Cara pemberian imunisasi
Dengan cara intra muscular di lengan deltoid atau paha anterolateral
5.       Efek samping imunisasi
Berupa keluhan nyeri pada tempat suntikan, yang di susul demam ringan dan pembengkakan.
6.       Tanda keberhasilan
Bila kadarnya di atas 1000, berarti daya tahannya 8 tahun; di tas 500 tahan 5 tahun; di atas 200 tahan 3 tahun.tetapi bila angkanya hnya 100, maka dalam setahun akan hilang, sehingga bila angka nol berarti bayi harus di suntik ulang 3 kali lagi.
7.       Kontra indikasi
Tidak dapat di berikan anak pada anak yang menderita sakit berat.
8.       Tingkat kekebalan
Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya, setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup.

2.  Imunisasi Booster
Imunisasi booster adalah imunisasi ulangan (revaksinasi dari imunisasi dasar yang diberikan pada waktu-waktu tertentu dan juga diberikan bila  terdapat suatu wabah yang berjangkit atau bila terdapat kontak dengan penyakit bersangkutan. Imunisasi ulangan dapat meninggikan secara cepat kadar zat-zat anti dalam tubuh.

3.      Imunisasi ysang tidak diwajibkan, tetapi Dianjurkan
Disamping 5 (lima) jenis imunisasi dasar yang diwajibkan diperoleh bayi sebelum usia setahun diatas, maka berikut ini terdapat beberapa jenis imunisasi yang tidak wajib, tetapi dianjurkan, antara lain :
v  Imunisasi MMR
v  Imunisasi Typhoid
v  Imunisasi HiB (Meningitis)
v  Imunisasi Hepatitis A
v  Imunisasi Varicella (Cacar air)

a.      Imunisasi MMR (Measles, Mumps, dan Rubela)
Adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit campak (measles), parotis epidemika (mumps, gondongan), campak jerman (Rubela).

1). Penyakit campak
Campak adalah penyakit  virus akut yang disebabkan oleh virus campak, yang penyebarannya terjadi dengan perantara droplet, dengan masa inkubasi 10-14 hari, ditandai dengan ruam campak, demam, batuk.

2). Parotis epidemika
Penyakit parotis atau gondongan adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi paramyxovirus dan penyebarannya melalui droplet, dengan masa inkubasi 12-25 hari, dengan gejala tidak khas seperti anoreksia, mialgia, malaise, nyeri kepala, dan demam ringan, yang kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotis unilateral atau bilateral. Penyakit ini terutama terjadi pada anak usia 5-9 tahun.

3). Rubela (Campak jerman)
Imunisasi Typhoid adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit typhoid atau tifus abdominalis.
·         Penyakit typhoid (Demam tifoid)
Adalah penyakit yang disebakan oleh salmonella typhi, yang menyebabkan infeksi dan ditandai dengan demam, toksemia, nyeri, perut, konstipasi atau diare,  dengan masa inkubasi biasanya 7-14 hari. Penyakit ini sering dijumpai di Negara berkembang terutama di asia, Afrika, dan amerika latin.


 
   












JENIS-JENIS VAKSIN
Beberapa jenis vaksin dibuat berdasrkan proses produksinya ntara lain :
1.        Vaksin hidup ( Live attenuated vaccine)
vaksin terdiri dari kuman atau virus yang dilemahkan, masih antigenic namun tidak patogenik. Contohnya, virus polio oral. Oleh karena vaksin diberikan sesuai infeksi alamiah (oral), virus dalam vaksin akan hidup dan berkembang biak di epitel saluran cerna, sehingga akan memberikan kekebalan lokal. Sekresi antibody IgA lokal yang ditingkatkan akan mencegah virus liar yang masuk ke dalam sel tubuh.
2.       Vaksin mati (Killed vaccine/inacctived vaccine)
Vaksin mati jelas tidak patogenik dn tidak berkembang biak dalam tubuh. Oleh karena itu diperlukan pemberian beberapa kali.
3.      Rekombinan
Susunan vaksin ini (missal hepatitis B) memerlukan epitop organisme yang pathogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dn penentuan kode gena epitop bagi sel penerima vaksin.
4.      Toksoid
Bahan yang bersifat imunogenik dibuat dari toksin kuman. Pemanasan dan penambahan formalin biasanya digunakan dalam proses pembuatannya. Hasil dari pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut sebaga natural flue toxoid, dan merangsang terbentukanya antibody antitoksin. Imunisasi bacterial toksoid efektif selama satu tahun. Bahan adjuvant digunakan untuk memperlama rangsangan antigenic dan meningkatkan imunogenesitasnya.
5.       Vaksin plasma DNA (Plasmid DNA vaccines)
Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigen yang patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil akhir pada binatang percobaan menujukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang respon humoral dan selular yang cukup kuat, sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini sedang dilakukan

Jenis-jenis vaksin berdasarkan fungsinya :
1.       Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine), untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosa.
2.       Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus), untuk pemberian kekebalan secara silmutan terhadap difteri, pertusis, dan tetanus.
3.       Vaksin TT (Tetanus Toksoid), untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus.
4.       Vaksin DT (Difteri dan Tetanus), untuk pemberian kekebalan simultan terhadap difteri da tetanus.
5.       Vaksin Polio (Oral Polia Vaccine), untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis.
6.       Vaksin Campak, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak
7.       Vaksin Hepatitis B, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B.
8.       Vaksin DPT/HB, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus,pertusis dan hepatitis B.
C.  Sifat Vaksin
Sifat vaksin di golongkan menjadi dua jika berdasarkan pada kepekaan atau sensitivitasnya terhadap suhu. Sifat-sifat vaksin tersebut, yaitu :
1.       Vaksin yang sensitive tehadap beku ( Freeze sensitive) merupakan vaksin yang akan rusak bila terpapar dengan suhu pembekuan. Vaksin yang tergolong dalam sifat ini, antara lain vaksin Hepatitis B-PID, vaksin DPT-HB, DT, dan TT.

Tabel 2. Vaksin yang sensitive terhadap beku
Vaksin
Pada suhu
 Dapat bertahan selama
Hepatitis B, DPT-HB
-0,5˚C
Max ½ jam
DPT,DT,TT
-5˚C s/d- 10˚C
Max 1,5-2 jam
DPT,DPT-DT
Beberapa ˚C diatas suhu udara luar (ambient temperature <34˚C)
14 hari
Hepatitis B dan TT
Beberapa ˚C diatas suhu udara luar (ambient temperature <34˚C)
30 hari

2.       Vaksin yang sensitive terhadap panas ( Heat sensitive) merupakan golongan vaksin yang akan rusak jika terpapar dengan suhu panas yang berlebihan. Vaksin yang mempunyai sifat seperti ini, antara lain vaksin polio, vaksin BCG dan vaksin campak.

Tabel 3. Vaksin yang sensitive terhadap panas
Vaksin
Pada suhu
 Dapat bertahan selama
Polio
beberapa˚C diatas suhu udara luar (ambient temperature <34˚C)
2 hari
Campak dan BCG
Beberapa ˚C diatas suhu udara luar (ambient temperature)
7 hari

D.  Kerusakan Vaksin
1.       Kerusakan vaksin terhadap suhu
Masing-masing vaksin mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap  suhu yang tidak tepat. Paparan suhu yang tidak tepat mengakibatkan umur penggunaan vaksin berkurang. Sebagai contoh vaksin Hepatitis B-PID dan vaksin DPT-HB pada suhu 0,5˚C dapat bertahan selama maksimal 30 menit. Sedangkan untuk vaksin DT dan vaksin TT pada suhu 5˚C s/d 10˚C, maka vaksi ini dapat bertahan masksimal 90 menit sampai 2 jam.

2.       Kerusakan vaksin terhadap sinar matahari atau sinar ultra violet
Semua vaksin akan rusak jika terkena matahari langsung serta sinar ultra violet. Vaksin yang tidak habis pada pelayanan statis (Puskesmas, Rumah sakit, dan praktek swasta) dapat dipergunakan lagi pada pelayanan berikutnya, dengan beberapa syarat :
a.     Vaksin belum kadaluarsa
b.    Vaksin disimpan dalam suhu 2 s/d 8˚C
c.     Tidak pernah terendam air
d.    Sterilitasnya terjaga
e.     VVM masih dalam kondisi A atau B
Tabel  4. Masa Pakai Vaksin yang sudah Dibuka
No
Vaksin
Masa pakai
1.
BCG
3 jam
2.
Campak
6 jam
3.
Polio
2 minggu
4.
DPT/HB
4 minggu
5.
DT
4 minggu
6.
TT
4 minggu
Sumber : Buku Acuan Imunisasi Dasar Bagi Pelaksana Imunisasi, 2008
Pemberian vaksin dapat dilakukan dalam berbagai cara seperti injeksi intramuscular, subkutan,intradermal,dan secara oral, semua cara pemberian ini disesuaikan dengan komposisi vaksin dan imunogenesitasnya. Vaksin akan diberikan pada tempat dimana respon imun akan tercapai maksimal dan terjadinya kerusakan jaringan,saraf, dan vascular yang minimal.
Vaksin dapat diberikan melalui oral (mulut), atau melalui injeksi pada bagian intradermal, subkutan atau intramuscular. Cara pemberian vaksin akan disesuaikan dengn kecepatan dan sifat respon imun tubuh terhadap vaksin. Adjuvant yang terkandung dalam vaksin sengaja dibuat untuk merangsang system imun tubuh. System imun yang baik dapat melawan antigen secara sempurna, mulai dari fatositosis dan digesti intraseluler bakteri oleh makrofag, berinteraksi dengan komplemen serum untuk merusak membrane bakteri sehingga terjadi bakteriolisis,menetralisir terjadinya infeksius,atau mencegah terjadinya adhesi permukaan mukosa karena bakteri.
Ketika tubuh terpapar dengan antigen yang terdpat dalam vaksin maka sel T akan terangsang jadi matang. Pematangan sel T selanjutnya, seperti sel Th1 yang memperantai respon imun seluler, sel Th2 yang memperbesar produksi antibody. Proses selanjutnya sel B mulai teraktifasi secara bertahap dengan periode waktu tertentu. Dalam 7-10 hari terpapar dengan ntigen imunoglobin ( IgM, IgA, IgD, IgG, IgE).
Imunisasi harus dilakukan secara tepat. Beberapa persyaratan sebelum dilakukan imunisasi tidak boleh dilanggar agar didapatkan hasil yang maksimal, tanpa menimbulkan penyakit baru akinat pemberian vaksin yang salah. Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan efek samping yang berlebih. Walaupun efek samping tetap berikso.
Faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi reaksi samping  menurut isbagio dan prijanto, yaitu:
1.       Vaksin
Tipe dari strain organism, jumlah organism  (titer antigen), media yang dugunakan untuk pertumbuhan organism, prose inaktivasi atau atenuasi,jenis adjuvant, dan stabilisator/preversi yang digunakan.
2.       Penerimaan vaksin
Usia,jenis kelamin,dosis vaksin sebelumnya,riwayat sakit dengan agen yang bersangkutan , antibody pasif yang didapat (seroglobin imun,antibody maternal), penyakit koinsiden,defisiensi imun.
3.       Cara pemberian
Penggunaan je-gun, jarum dan suntikan,tempat suntikan dan jaringan suntik (intradermal,subkutan,intramuscular).

E.  Cara Pemberian Vaksin
     Uji kocok (shake test) dilakukan untuk meyakinkan apakah pasien tersangka beku masih layak digunakan atau tidak. Cara melakukan uji kocok :
1.       Pilih salah satu contoh dari tiap tipe dan tiap tipe dan batch vaksin yang  dicurigai pernah beku, utamakan dengan evaporator dan bagian lemari es yang paling dingin. Beri label “tersangka beku”. Bandingkan dengan vaksin tipe batch yang sama  yang sengaja dibekukan hingga beku padat seluruhnya dan beri label “dibekukan”
2.       Biarkan contoh “dibekukan” dan vaksin “tersangka beku” sampai mencair seluruhnnya.
3.       Kocok contoh “dibekukan” dan vaksin “tersangka beku” secara bersamaan.
4.       Amati contoh “dibekukan” dan vaksin “tersangka beku”  bersebelahan untuk membandingkan waktu pengendapan (umunya 5-30 menit)
5.       Bila terjadi :
a.       Pengendapan vaksin “tersagka beku” lebih lambat dari contoh “dibekukan” : vaksin dapat digunakan.
b.       Pengendapan vaksin “ tersangka beku” lebih cepat dari contoh “ dibekukan” : vaksin jangan digunakan, vaksin dapat rusak.
6.       Harus melakukan uji kocok untuk tiap vaksin yang berbeda batch dan jenis vaksinnya dengan control “dibekukan” yang sesuai.



 F.  Penanganan Vaksin Rusak dan Vaksin Sisa
Vaksin yang  disebut rusak adalah sebagai berikut :
1.       Vaksin yang  sudah menunjukkan  indicator VVM pada tingkat C dan D berarti sudah rusak dan tidak dapat digunakan lagi.
2.       Vaksi yang sudah lewat tanggal kadaluarsa (expiry date)
3.       Vaksin yang beku
4.       Vakisin yang pecah
Vaksin yang rusak dikeluarkan dari lemari es, kemudian dilaporkan kepada atasan petugas. Jika sedikit dapat dimusnahkan sendiri oleh puskesmas, tetapi bila banyak dapat dikumpulkan ke Dinkes kabupaten/kota dengan dibuat berita acara pemusnahan.
Sisa vaksin yang telah dibuka pada pelayanan posyandu tidak boleh digunakan lagi. Sedangkan pelayanan imunisasi  startis (di puskesmas, poliklinik) sisa vaksin dapat dipergunakan lagi  dengan ketentuan sebagai berikut :
1.       Vaksin tidak melewati tanggal kadaluarsa
2.       Tetap disimpan dalam suhu +2 ˚C sd +8 ˚C
3.       Kemasan tidak pernah tercampur/terendam dengan air
4.       VVM tidak meunjukkan indikasi paparan panas yang merusak vaksin
5.       Pada label agar ditulis tanggal pada saat Vial pertama kali dipakai/dibuka
6.       Vaksin DPT,DT,TT,Hepatitis B, dan DPT-HB dapat digunakan kembali hingga 4 minggu sejak Vial vaksin dibuka.
7.       Vaksin polio dapat digunakan kembali hingga minggu sejak vial dibuka.
8.       Vaksin campak karena tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan tidak lebih dari 8 jam sejak dilarutkan, sedangkan Vaksin BCG hanya boleh digunakan 3 jam setelah dilarutkan.
G.  Kegagalan Vaksinasi
Beberapa faktor penting penyebab kegagalan vaksinasi antara lain adalah harga vaksin yang mahal,menurunnya efektivitas vaksin akibat distribusi yang tidak baik, cara penyimpanan vaksin yang tidak tepat, tidak adanya kotak pendingin dalam pendistribusiannya,dan sebagian besar vaksin harus diberikan dengan cara penyutikan, dll. Keadaan ini mempengaruhi ketersediaan  vaksin terutama di Negara-negara miskin, dimana justru penyakit-penyakit infeksi tersebut sangat tinggi angka kesakitan dan angka kematiannya. Keterbatasan-keterbatasan tersebut telah memacu para peneliti untuk menemukan trobosan baru dalam teknologi pembuatan dan cara pemberian vaksin. Bentuk vaksin yang diminati adalah vaksin yang dapat dikonsumsi tanpa harus menyuntikannya atau tanpa harus di simpan diruang pendingin sehingga memudahkan pendistribusiannya.
Perkembangan selanjutnya, para ilmuan mencari permasalahan dari fenomena ini. Tahun 1990-an berkembang suatu teknologi tanama transgenic. Tanaman ini mengandung suatu fragmen DNA akan mengkode pembentukkan protein, yang biasanya dipilih protein yang terletak dipermukaan sel bakteri atau virus, sehingga bila tanam tersebut dikonsumsi akan menghasilkan  respon imun. System kekebalan tubuh yang terbentuk akan dapat mengenali epitop spesifik pada permukan sel bakteri dan virus,yang masuk ke dalam tubuh, sehingga akan terhindar dari infeksi bakteri atau virus. Teknologi tanaman transgenic memiliki beberapa keuntungan yang antara lain adalah tanaman inang dapat dipilih dari jenis tanaman lokal,murah, dan dapat ditanam dengan teknologi sederhana sesuai dengan daerah tumbuhnya, dan dapat diproduksi sebanyak mungkin sesuai kebutuhan. Beberapa jenis tanaman yang diapakai sebagai tanaman inang adalah pisang,tomat,kentang,padi,kedelai,wortel,jagung,kacang-kacangan,dan tembakau.

Cara Pemberian Vaksin dan Dosisnya
Vaksin BCG merupakan bakteri tuberculosis bacillus yang telah dilemahkan. Cara pemberiannya melalui suntikkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar